Korban Luka Serangan Nice Meninggal setelah Tiga Pekan Dirawat

SEORANG pria, Pierre Hattermann, meninggal pada Kamis (4/8) waktu setempat setelah mengalami luka serius dan dirawat di rumah sakit selama tiga pekan akibat serangan truk terhadap kerumunan di Kota Nice, Riviera, membuat jumlah korban tewas menjadi 85. Demikian diungkapkan pihak berwenang Prancis, Jumat (5/8).

Istri Hattermann, Francoise, dan putranya tewas pada hari kejadian serangan itu, dan putrinya yang berusia 14 tahun kini masih terbaring di rumah sakit, kata surat kabar Prancis Nice Matin dan media lain.

"Semua pikiran saya bersama putri, keluarga, dan kerabat Hattermann, yang baru saja meninggal," kata Presiden wilayah Riviera, Christian Estrosi, di akun Twitter-nya.

IS mengaku terlibat dalam serangan itu dan memuji warga Prancis kelahiran Tunisia Mohamed Lahouaiej Bouhlel, yang menabrakkan truk ke kerumunan yang sedang bersuka ria di jalan tepi laut Nice pada Hari Bastille sebelum polisi menembaknya mati.

Perdana Menteri Prancis Manuel Valls pada tengah Juli mengatakan, pelaku serangan itu sebelumnya terkena radikalisasi. Serangan itu membuat Prancis kembali berduka dan ketakutan setelah Paris pada delapan bulan sebelumnya diserang kelompok bersenjata, yang menewaskan 130 orang.

Serangan itu, serta satu lagi di Brussels--Ibu Kota Belgia--empat bulan sebelumnya, mengguncang negara Eropa Barat, di tengah tantangan terkait perpindahan besar-besaran manusia, perbatasan terbuka serta kantong garis keras.

Penyerang di Nice itu berusia 31 tahun. Pihak berwenang belum mengungkapkan bahwa supir truk maut itu merupakan bagian dari jaringan IS, yang menyatakan melakukan serangan tersebut. Namun, Valls dalam pernyataannya mengatakan tidak ada keraguan soal alasan
penyerangan tersebut.

"Penyelidikan akan menjelaskan bukti, tapi kita saat ini tahu bahwa si pembunuh terkena radikalisasi dengan cepat," kata Valls dalam wawancara dengan koran Minggu Le Journal du Dimanche.

Pejabat mengatakan, yang ditanyai polisi menunjukkan bahwa si penabrak berubah tajam dari sosok dulunya tidak terlihat memiliki ketertarikan pada agama.

Kantor Berita Amaq milik kelompok keras mengatakan Bouhlel ialah salah satu prajurit IS.

Valls, yang mengatakan bahwa dinas keamanan telah mencegah 16 serangan selama tiga tahun, mengisyaratkan bahwa kejadian di Nice merupakan kinerja kelompok keras, yaitu membujuk orang tidak stabil untuk melakukan serangan dengan cara apa pun. (OL-5)