Komandan Paspampres Niger Ambil Alih Kursi Presiden

KOMANDAN Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Niger Jenderal Abdourahamane Tchiani mendeklarasikan diri sebagai pengganti Presiden Mohamed Bazoum. Pernyataan itu disiarkan langsung di televisi, Jumat (28/7), dua hari setelah Bazoum ditahan dalam kudeta.

"Tchiani diberikan posisi pengganti Bazoum sebagai Presiden Dewan Nasional untuk Perlindungan Tanah Air," kata sebuah pernyataan.

Tampil di televisi, sang jenderal mengatakan tentara telah merebut kekuasaan karena situasi keamanan yang memburuk di negaranya. Sementara Presiden terpilih Niger Bazoum telah berusaha meyakinkan orang-orang bahwa semuanya berjalan dengan baik.

Baca juga : Ribuan Pendukung Kudeta Niger Desak Prancis Angkat Kaki

"Pendekatan keamanan saat ini belum membawa keamanan ke negara meskipun banyak pengorbanan," katanya.

Kepala angkatan bersenjata Niger Jenderal Abdou Sidikou Issa, Kamis (27/7), menyatakan dukungannya kepada para pemberontak dengan mengatakan itu dilakukan untuk menghindari konfrontasi. 

Koalisi partai-partai yang menentang Bazoum menyerukan unjuk rasa pada Jumat (28/7) untuk motivasi para pemberontak yang tidak menyetujui perubahan dengan kekerasan.

Baca juga : Negara-Negara Afrika Barat Menunda Pertemuan Militer Penting Mengenai Kudeta Niger

Bazoum telah ditahan oleh para pemberontak sejak Rabu (26/7) pagi. Presiden Prancis Emmanuel Macron sebelumnya menggambarkan kudeta itu sebagai tindakan berbahaya bagi kawasan itu.

"Kudeta ini benar-benar tidak sah dan sangat berbahaya, untuk warga Niger, untuk Niger, dan untuk seluruh wilayah," kata Macron.

Macron mengatakan dia telah berbicara dengan Bazoum, yang ditahan di istananya, dan meminta dia untuk dipekerjakan kembali. Dia juga mengatakan Bazoum dalam keadaan sehat.

Baca juga : Biden Serukan Pembebasan Segera Presiden Niger

Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan pihaknya tidak mengakui para pemimpin Putsch yang mengklaim telah merebut kekuasaan. 

"Bazoum dipilih secara demokratis oleh rakyat Niger, adalah satu-satunya presiden Republik Niger. Prancis tidak mengakui otoritas akibat kudeta yang dipimpin oleh Jenderal (Abdourahamane) Tchiani," ungkap kementerian tersebut.

Kemunduran untuk Afrika

Presiden Nigeria Bola Tinubu mengatakan Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) akan bertemu pada Minggu (30/7) di ibu kota Nigeria, Abuja, untuk membahas kudeta militer di Niger.

Baca juga : Mantan Presiden Niger Mohamed Bazoum Dituduh Mencoba Melarikan Diri

ECOWAS menuntut pembebasan segera Bazoum dan tetap menjadi Presiden Niger yang sah. Uni Eropa turut mengancam akan menghentikan bantuan ke Niger setelah kudeta militer. 

"Setiap gangguan dalam tatanan konstitusional akan berdampak pada kerja sama antara UE dan Niger, termasuk penangguhan segera semua dukungan anggaran," kata blok beranggotakan 27 negara itu dalam sebuah pernyataan dari .

Presiden Kenya William Ruto menyebut pengambilalihan tentara sebagai kemunduran serius bagi Afrika. 

Baca juga : Junta Niger Usir Utusan PBB

"Pada Rabu, Afrika mengalami kemunduran serius dalam perolehan demokrasinya karena aspirasi rakyat Niger untuk demokrasi konstitusional ditumbangkan oleh perubahan pemerintahan yang tidak konstitusional yang menggulingkan Mohamed Bazoum, presiden yang terpilih secara demokratis," kata Ruto dalam pesan video.

Pemerintah Niger telah dilihat oleh banyak komunitas internasional sebagai benteng melawan militansi Islam di wilayah yang luas dan gersang yang diliputi tantangan keamanan.

Bazoum, yang berusia 63 tahun, adalah salah satu dari kelompok rezim Niger yang pro-Barat. Para pemberontak mendesak penduduk untuk tetap tenang setelah para pemuda menggeledah markas partai PNDS Bazoum, dan membakar kendaraan.

Baca juga : AS Hentikan Bantuan ke Niger Saat Prancis Memulai Penarikan Pasukan

Beberapa memegang bendera Rusia dan meneriakkan slogan-slogan anti-Prancis dan pro-Moskow. 

"Kami menginginkan hal yang sama seperti di Mali dan Burkina Faso. Kami ingin mengambil takdir kami di tangan kami sendiri," teriak siswa berusia 19 tahun Alassane Alhousseini.

Pasukan Prancis dan PBB, dalam beberapa tahun terakhir, dipaksa mundur dari negara tetangga Mali itu, tetapi Prancis masih memiliki 1.500 tentara di Niger. Penggulingan Bazoum dapat membuat masa depan penempatan mereka diragukan. (AFP/Z-1)