Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PEMANASAN global secara bertahap meningkatkan intensitas curah hujan ekstrem di tempat yang lebih tinggi. Ini membuat dua miliar orang yang tinggal di atau hilir pegunungan berisiko lebih besar terkena banjir dan tanah longsor. Ini dikatakan para peneliti, Rabu (28/6).
Setiap derajat celsius pemanasan meningkatkan kepadatan hujan besar sebesar 15% pada ketinggian di atas 2.000 meter. Mereka melaporkan itu dalam jurnal Nature.
Selain itu, setiap tambahan ketinggian 1.000 meter menambah 1% lagi curah hujan. Dunia dengan sekitar 3 derajat celsius lebih panas dari tingkat praindustri akan melihat kemungkinan banjir yang berpotensi menghancurkan berlipat ganda hampir setengahnya.
Baca juga: Seperti Anjing, Serigala Kenali Suara Manusia yang Familiar
Temuan itu menggarisbawahi kerentanan infrastruktur tidak dirancang untuk menahan peristiwa banjir ekstrem, penulis memperingatkan. Permukaan bumi telah menghangat 1,2 derajat celsius. Ini cukup untuk memperkuat hujan yang memecahkan rekor yang membuat sebagian besar Pakistan terendam air musim panas lalu dan sebagian California awal tahun ini.
Pada tren kebijakan saat ini, planet ini akan menghangat 2,8 derajat celsius pada akhir abad ini, menurut panel penasihat ilmu iklim IPCC PBB. Studi baru--berdasarkan data yang mencakup 70 tahun terakhir dan proyeksi model iklim--menemukan dua pendorong utama di balik peningkatan kejadian curah hujan ekstrem di ketinggian di dunia yang memanas.
Baca juga: Kutub Utara Menghangat, Karibu dan Muskoxen Perlambat Hilangnya Keanekaragaman
Yang pertama ialah lebih banyak air. Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa setiap kenaikan 1 derajat celsius meningkatkan jumlah kelembapan di atmosfer hingga tujuh persen.
Sejak 1950-an, hujan deras menjadi lebih sering dan intens di sebagian besar dunia. Ini menurut konsorsium World Weather Attribution (WWA) yang mengungkap dampak perubahan iklim pada peristiwa cuaca ekstrem tertentu, termasuk gelombang panas, kekeringan, dan badai tropis.
Curah hujan ekstrem lebih umum dan intens karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia di Eropa, sebagian besar Asia, Amerika Utara bagian tengah dan timur, dan sebagian Amerika Selatan, Afrika, dan Australia.
Faktor kedua yang diungkap peneliti lebih mengejutkan. "Ini pertama kali seseorang melihat peristiwa curah hujan yang intens itu jatuh sebagai hujan atau salju," kata penulis utama Mohammed Ombadi, seorang peneliti di Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley di California, kepada AFP.
"Tidak seperti hujan salju, curah hujan memicu limpasan lebih cepat, menyebabkan risiko banjir, bahaya tanah longsor, dan erosi tanah yang lebih tinggi." Ombadi berspekulasi bahwa tingkat yang lebih tinggi dari salju berubah menjadi hujan yang diamati antara 2.500 dan 3.000 meter disebabkan oleh curah hujan di ketinggian itu yang terjadi tepat di bawah titik beku.
Daerah pegunungan dan dataran banjir yang berdekatan kemungkinan akan mengalami dampak terbesar dari peristiwa curah hujan ekstrrm di dalam dan sekitar pegunungan Himalaya dan Pasifik Amerika Utara, menurut penelitian tersebut. Temuan hanya terfokus pada belahan bumi utara karena kurangnya data pengamatan dari bawah khatulistiwa.
Daerah yang paling terkena dampak harus menyiapkan rencana adaptasi iklim yang kuat. "Kita perlu mempertimbangkan peningkatan curah hujan ekstrem dalam desain dan pembangunan bendungan, jalan raya, rel kereta api, dan infrastruktur lain jika kita ingin memastikannya tetap berkelanjutan dalam iklim lebih hangat," kata Ombadi.
Daerah berisiko tinggi perlu dihindari sama sekali, tambahnya, atau dibangun dengan solusi teknik yang dapat melindungi masyarakat yang tinggal di sana. (AFP/Z-2)
Pindah ke Pulau Jawa, di wilayah Yogyakarta diprakirakan akan berawan. Sedangkan untuk wilayah Serang, Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya berpotensi hujan ringan.
Pengamatan cuaca pukul 05.30 WIB melihat adanya perubahan cuaca Rabu (31/7) ini, yakni potensi hujan ringan hingga sedang terjadi di sebagian besar daerah daerah di kawasan pegunungan
BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan.
Kondisi berawan diprakirakan terjadi di Serang dan Bandung. Kondisi berawan tebal diprakirakan terjadi di Jakarta, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya.
Petenis asal Ukraina, Anhelina Kalinina, terpaksa mengundurkan diri dari Olimpiade Paris setelah terserang flu akibat cuaca hujan di ibu kota Prancis
Bibit siklon tropis 95W terpantau berada di Samudra Pasifik Timur Filipina dan bergerak ke arah barat hingga barat laut, menjauhi wilayah Indonesia.
Banjir yang melanda Provinsi Nangarhar, Kunar, Badakhshan dan Panjshir di Afghanistan menyebabkan 40 orang meninggal dunia.
BPJN sangat merespon bencana alam yang melanda sejumlah daerah di Maluku, terutama di beberapa wilayah seperti di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dan Seram Bagian Timur (SBT).
Cuaca ekstrem potensial terjadi karena dipicu beberapa faktor. Di antaranya adalah aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) di wilayah Indonesia.
CUACA buruk seperti angin kencang dan gelombang tinggi masih melanda di kawasan perairan laut Selat Malaka, Provinsi Aceh.
Hujan lebat disertai angin kencang dan kilatan petir berpotensi terjadi di kawasan pegunungan bagian tengah di enam daerah di Jawa Tengah.
Sekitar 83% jemaah haji yang meninggal selama musim haji 2024 adalah tidak resmi atau yang menggunakan visa nonhaji.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved