ASEAN tidak Satu Suara soal Laut China Selatan

PERTEMUAN menteri luar negeri negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dalam 49th ASEAN Ministerial Meeting di Vientiane, Laos, gagal mengambil kesimpulan terkait dengan penyelesaian konflik Laut China Selatan.

Hal itu terutama terjadi setelah adanya tekanan Tiongkok yang merusak hubungan negara-negara ASEAN terkait dengan masalah keamanan yang paling diperdebatkan di kawasan itu.

Pertemuan di Viantiane, Laos, itu menjadi tempat pertama kalinya negara-negara ASEAN serta Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) bertemu sejak putusan Mahkamah Arbitrase Internasional atau Permanent Court of Arbitration (PCA) memvonis Tiongkok tidak memiliki hak atas klaim di perairan strategis itu.

Putusan PCA tersebut memenangkan Fi­lipina dan juga negara anggota ASEAN lainnya, seperti Vietnam, Brunei Darussalam, dan Malaysia, yang juga mengklaim wilayah Laut China Selatan.

Putusan itu kemudian ditolak Tiongkok dan mereka kembali meningkatkan ketegangan di perairan tersebut dengan kegiatan militer.

Empat negara yang terlibat klaim kemudian menuduh Tiongkok telah membangun aliansi dengan negara kecil, seperi Laos, yang menjadi tuan rumah dan Kamboja, melalui bantuan dan pinjaman untuk memecahkan konsensus.

Tiongkok pada bulan lalu mendapat kecaman setelah memicu perselisihan ketika negara ASEAN berubah haluan dengan tidak mengakui pernyataan bersama yang dikeluarkan Malaysia setelah pertemuan Tiongkok-ASEAN.

Pernyataan bersama itu memperingatkan kegiatan Tiongkok di Laut China Selatan. Kamboja dan Laos dituduh menjadi pihak yang membatalkan komunikasi bersama itu. “Kami belum sepakat dalam hal apa pun,” ujar salah satu diplomat yang terlibat dalam pertemuan kepada AFP. tambahnya.

Kebuntuan ini menimbulkan kekhawatiran terulangnya kembali pertemuan di Kamboja pada 2012 yang gagal mencapai kesepakatan. (AFP/AP/Ihs/I-1)