Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

UNHCR Minta Thailand Beri Akses ke Pengungsi Myanmar di Wilayah Thailand

Atikah Ishmah Winahyu
21/12/2021 09:11
UNHCR Minta Thailand Beri Akses ke Pengungsi Myanmar di Wilayah Thailand
Ribuan pengungsi asal Myanmar duduk berbaris diawasi tentara Thailand di Mae Tao Phae, Distrik Mae Sot, Thailand, Kamis (16/12).(Handout / Metta Charity / AFP)

BADAN pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) meminta Thailand untuk memberikan mereka akses segera ke lebih dari 3.000 pengungsi Myanmar yang melarikan diri ke negara tersebut untuk menghindari pertempuran di wilayah Karen yang dilanda konflik.

Bentrokan antara militer Myanmar dan Persatuan Nasional Karen (KNU), sebuah kelompok pemberontak yang secara vokal menentang junta yang menggulingkan pemerintah sipil pada Februari, pecah pekan lalu di sebuah kota yang tidak jauh dari perbatasan Thailand.

Sekitar 700 pengungsi menyeberangi sungai ke Provinsi Tak Thailand pada Kamis (16/12), melarikan diri dari tembakan artileri dan tembakan senjata ringan.

Pada hari Senin (20/12), jumlahnya telah meningkat menjadi 3.900 karena pertempuran yang terus berlanjut, menurut UNHCR.

"UNHCR prihatin dengan kesejahteraan warga sipil ini dan telah mendekati pihak berwenang Thailand dengan tawaran bantuan," katanya dalam sebuah pernyataan pada Senin.

"UNHCR dan LSM telah meminta akses mendesak kepada para pengungsi untuk memastikan dan memberikan kepada mereka bantuan kemanusiaan dan perlindungan yang diperlukan,” imbuhnya.

Pemerintah provinsi mengatakan pada Senin (20/12) malam bahwa sekitar 3.500 pengungsi masih berada di dua lokasi di sisi Thailand.

Sementara itu, puluhan orang telah kembali secara bertahap sejak pertempuran tampaknya telah berhenti.

"Pihak berwenang Thailand memberikan bantuan kemanusiaan dan transportasi bagi mereka yang secara sukarela kembali ke Myanmar dengan mengangkut mereka dari tepi Sungai Moei," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh provinsi Tak.

Namun Naw K'Nyay Paw, sekretaris jenderal Organisasi Wanita Karen, mengatakan mayoritas warga masih takut (kembali).

"Ini sangat tegang dan pertempuran masih berlanjut di beberapa daerah," ujarnya. "Saya tidak berpikir itu mewakili perasaan sebenarnya dari para pengungsi."

Gelombang terbaru sekitar 1.500 orang pada hari Minggu terjadi setelah pertempuran baru pecah di Mae Htaw Thalay, sebuah kota yang berbatasan dengan Thailand di mana warga yang terlantar berlindung.

"Terjadi penembakan artileri di daerah itu. KNU mencoba memindahkan mereka ke tempat yang lebih aman," kata seorang warga negara bagian Karen, seraya menambahkan bahwa ribuan orang terlantar, termasuk anak-anak, berlarian saat penembakan berlanjut selama berjam-jam.

"Kami mendengar suara tembakan di dekat kami dan kami mencoba melarikan diri. Kami hanya bisa meninggalkan desa setelah mereka menghentikan penembakan untuk sementara waktu sekitar pukul 7 malam," ungkapnya.

Juru bicara Junta Zaw Min Tun mengonfirmasi pertempuran di Mae Htaw Thalay pada hari Senin, menambahkan bahwa militer berusaha mengendalikan situasi dengan bernegosiasi dengan KNU.

Bentrokan dimulai pekan lalu setelah media pemerintah melaporkan pasukan junta memasuki wilayah KNU dan menangkap beberapa pembangkang, termasuk seorang mantan anggota parlemen dari pemerintahan terguling Aung San Suu Kyi.

Kelompok pemberontak, salah satu dari lebih dari 20 kelompok etnis bersenjata yang menguasai wilayah di wilayah perbatasan Myanmar, telah menjadi penentang keras junta, menyediakan perlindungan bagi pembangkang anti-kudeta. (Aiw/Straitstimes/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya