Nasib Rousseff Ditentukan Dua Pekan Lagi

PRESIDEN Brasil Dilma Rousseff, melalui pengacaranya, mengajukan sejumlah argumen terakhir, kemarin, sebelum komisi pemakzulan bekerja untuk menentukan nasib jabatan Rousseff.

Jelang dua minggu krusial, Jaksa Agung Muda Brasil Jose Aduardo Cardozo akan bertemu komisi lintas partai untuk terakhir kali sebelum pemungutan suara penentuan masa depan Rousseff di majelis rendah pada 17 April.

Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah Dilma Rousseff dilanda unjuk rasa besar-besaran di beberapa kota.

Puluhan ribu demonstran menuntut Rousseff, yang diduga terlibat sejumlah skandal korupsi, untuk undur diri.

Harian lokal Folha melaporkan tidak mudah untuk memakzulkan Rousseff.

Pasalnya, dibutuhkan dua pertiga suara atau 342 suara di majelis rendah untuk membawa persidangan ke senat.

Menjelang pemungutan suara di majelis rendah, Rousseff yang dari Partai Pekerja itu masih memiliki waktu 12 hari untuk menggalang dukungan guna mempertahankan posisi sebagai presiden 'Negeri Samba'.

Salah satu upaya yang dilakukan wanita 68 tahun itu ialah mengumpulkan dukungan kongres.

Ia juga akan mengumumkan perubahan jajaran pos kementerian dan tugas kenegaraan lain.

Pekan ini, Rousseff akan mendapat kepastian dari Mahkamah Agung apakah mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva dapat bergabung dalam kabinetnya.

Masalahnya, Lula da Silva dilarang juga karena dituduh terlibat skandal korupsi perusahaan minyak dan gas Petrobas.

"Pekan ini akan menjadi pekan penentuan bagi kedua pihak. Pekan selanjutnya kita akan mengetahui hasil pertempuran ini." kata Gabriel Petrus, analis politik Barral M Jorge Associates.

Elektabilitas turun

Akibat gempuran skandal korupsi, elektabilitas Roussef terus merosot.

Diperkirakan, hanya 10% suara pemerintah yang menyetujui Rousseff tetap menjabat presiden.

Lebih daripada itu, orang-orang dekat Rousseff juga dilanda tuduhan korupsi.

Wakil Presiden Michel Temer juga dituding terlibat dalam kasus Petrobras.

Padahal jika Rousseff lengser, Temer disiapkan untuk menggantikan posisi Rousseff sebagai presiden.

Kelompok oposisi terus mendorong masyrakat Brasil untuk berunjuk rasa menuntut Rousseff melepaskan jabatan presiden.

Hampir tiada pekan tanpa demonstrasi menentang pemerintahan Rousseff.

Namun, pekan lalu, ribuan demonstran pro-Rousseff juga turun ke jalan-jalan di sejumlah kota.

Mereka menentang para demonstran yang menuntut Rousseff mundur.

Aksi demonstran anti-Rousseff disebut hendak melakukan kudeta.

Lula da Silva pernah mengatakan, "Belum pernah ia lihat kondisi penuh kebencian (seperti ini)."

Rousseff juga berpendapat bahwa ia hanya korban kudeta.

Ketua Majelis Rendah Eduardo Cunha yang juga tokoh oposisi menambahkan bahwa pihaknya berencana untuk mengharuskan ketua parlemen berpartisipasi dalam pemungutan suara untuk menentukan posisi Rousseff sebagai presiden Brasil.

Cunha menambahkan, pelaksanaan pemungutan suara Minggu (17/4) mendatang akan memudahkan oposisi untuk berkumpul di luar Kongres.

"Sebuah perang politik akan dilancarkan," tuturnya. (AFP/I-3)