Dunia Sepakat Jaga Keamanan Nuklir

HASIL paling penting dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keamanan Nuklir di Washington DC, Amerika Serikat (AS), yang berakhir kemarin ialah tentang cara mencegah bahan-bahan nuklir jatuh ke pihak yang tidak bertanggung jawab.

Indonesia sebagai negara yang mengembangkan teknologi nuklir juga ikut menjaga keamanan bahan berbahaya itu dengan berbagai cara. Wakil Presiden Jusuf Kalla yang hadir dalam KTT itu menyebut semua negara setuju untuk menjaga senjata nuklir tidak jatuh ke tangan teroris.

"Semua pemimpin dunia yang hadir setuju menjaga material nuklir supaya tidak jatuh ke tangan teroris. Untuk itu, butuh arsitekturnya, kerja samanya, protokolnya, pengawasnya, dunia sepakat untuk itu," ujarnya seperti dilaporkan wartawan Media Indonesia Eko Rahmawanto dari Washington DC, AS, kemarin.

Pernyataan JK senada dengan pidato dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang mengingatkan perlunya kerja sama lebih lanjut untuk mencegah kelompok teroris mendapatkan akses senjata nuklir.

"Tidak ada keraguan bahwa jika orang-orang 'gila' ini mendapatkan bom nuklir atau bahan nuklir, mereka pasti akan menggunakannya untuk membunuh banyak orang," kata Obama.

Pencegahan penyalahgunaan bahan nuklir ialah salah satu fokus utama dalam KTT tahun ini yang dihadiri 52 kepala negara, termasuk Indonesia yang diwakili Jusuf Kalla.

Analis mencatat kemajuan telah dicapai sejak pertemuan dua tahunan yang digagas Presiden AS Barack Obama itu yang diadakan pertama kali pada 2010.

"Kita telah mengamankan lebih dari 1.500 kilogram uranium dan plutonium yang diperkaya. Ada 12 negara baru yang bebas dari uranium yang diperkaya sejak 2010 dan kami telah membangun beberapa pusat riset di sejumlah negara untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan," ujar Michelle Cann dari Kemitraan bagi Keamanan Global.

Salah satu negara yang mengurangi pengayaan uranium ialah Indonesia. Menurut Presiden Direktur Industri Nuklir Indonesia (Inuki) Yudiutomo Imardjoko, pihaknya kini tidak lagi menggunakan uranium yang diperkaya dalam produk-produk yang mereka hasilkan.

"Mulai 2011, kami mengganti menjadi low enriched uranium sehingga tidak ada penggunaan lain selain medical isotopes," ujarnya. Isotop nuklir memang kini banyak digunakan untuk kesehatan, misalnya operasi penyakit jantung. (AFP/I-1 )