Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF memperingatkan tentang kekhawatiran terkait penurunan jumlah anak yang menerima vaksin. Lantaran adanya gangguan dalam pengiriman dan penggunaan layanan imunisasi yang disebabkan oleh pandemi covid-19.
Menurut data baru WHO dan UNICEF, gangguan-gangguan ini mengancam kemajuan yang telah dicapai dalam jangkauan vaksin untuk anak-anak. Jangkauan vaksin yang luas telah terhambat akhir-akhir ini.
Perkiraan cakupan vaksin dari WHO dan UNICEF untuk 2019 menunjukkan bahwa perbaikan seperti perluasan vaksin HPV ke 106 negara dan perlindungan yang lebih luas untuk anak-anak dari berbagai penyakit berada dalam bahaya penyimpangan.
Sebagai contoh, data awal untuk empat bulan pertama tahun 2020 menunjukkan penurunan jumlah anak yang menyelesaikan tiga dosis vaksin terhadap difteri, tetanus dan pertusis (DTP3). Hal ini merupakan yang pertama kalinya dalam 28 tahun terakhir terjadi pengurangan cakupan DTP3.
"Vaksin adalah salah satu alat paling kuat dalam sejarah kesehatan masyarakat, dan sekarang lebih banyak anak yang diimunisasi daripada sebelumnya," kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO melalui keterangan resmi (16/7).
"Tapi pandemi telah menempatkan kemajuan itu dalam risiko. Penderitaan dan kematian yang dapat dihindari yang disebabkan oleh anak-anak yang kehilangan imunisasi rutin bisa jauh lebih besar dari covid-19 itu sendiri. Tetapi tidak harus seperti itu. Vaksin dapat dikirimkan dengan aman bahkan selama pandemi, dan kami menyerukan kepada negara-negara untuk memastikan program penting yang menyelamatkan jiwa ini berlanjut," sambungnya.
Gangguan covid-19, setidaknya 30 kampanye vaksinasi campak sedang atau berisiko dibatalkan, yang dapat mengakibatkan wabah lebih lanjut pada tahun 2020 dan seterusnya.
Menurut UNICEF, WHO dan survei Gavi pulse bekerja sama dengan Pusat Pengendalian Penyakit AS, Institut Vaksin Sabin dan Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg, tiga perempat dari 82 negara yang merespons melaporkan gangguan terkait covid-19 dalam program imunisasi mereka pada Mei 2020.
Baca juga : Akibat Pandemi, Kemiskinan Global Bisa Capai 120 Juta Orang
Alasan untuk layanan yang terganggu bervariasi. Bahkan ketika layanan ditawarkan, orang tidak dapat mengaksesnya karena enggan meninggalkan rumah, gangguan transportasi, kesulitan ekonomi, pembatasan pergerakan, atau takut terpapar covid-19.
Banyak petugas kesehatan juga tidak tersedia karena pembatasan perjalanan atau pemindahan tugas tanggapan covid-19 serta kurangnya peralatan pelindung.
"Covid-19 sebelumnya menjadikan vaksinasi rutin sebagai tantangan yang menakutkan," kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore. "Kita harus mencegah kerusakan lebih lanjut dalam cakupan vaksin dan segera melanjutkan program vaksinasi sebelum nyawa anak-anak terancam oleh penyakit lain. Kami tidak dapat menukar satu krisis kesehatan dengan krisis lainnya."
Tingkat cakupan global yang stagnan, kemajuan cakupan imunisasi terhenti sebelum covid-19 mencapai, 85% untuk DTP3 dan vaksin campak.
WHO menyampaikan bahwa kemungkinan seorang anak yang lahir hari ini akan divaksinasi penuh dengan semua vaksin yang direkomendasikan secara global pada saat ia mencapai usia 5 tahun kurang dari 20%. Pada 2019, hampir 14 juta anak kehilangan vaksin penyelamat jiwa seperti campak dan DTP3.
Sebagian besar anak-anak ini tinggal di Afrika dan cenderung tidak memiliki akses ke layanan kesehatan lainnya. Dua pertiga dari mereka terkonsentrasi di 10 negara berpenghasilan menengah dan rendah: Angola, Brasil, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, India, Indonesia, Meksiko, Nigeria, Pakistan, dan Filipina. Anak-anak di negara berpenghasilan menengah mengalami peningkatan beban.(OL-2)
Pemberian vaksin HPV pada laki-laki ternyata membantu menurunkan angka kejadian kanker serviks, dengan perempuan terlindungi oleh manfaat vaksin ketika berhubungan seksual.
Pemberian vaksin HPV untuk laki-laki tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan pria, tetapi juga berpotensi melindungi pasangan wanita dari risiko kanker serviks.
Pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien DBD adalah untuk mengatasi gejala, seperti pemberian cairan infus, atau pemberian penghilang nyeri (pain killer).
Kelompok usia lebih lanjut memiliki kekebalan tubuh yang berbeda dengan usia dewasa muda sehingga memungkinkan tingginya risiko terkena penyakit.
Sifat vaksin cacar api itu berbeda dengan vaksin yang menggunakan virus hidup yang sudah dilemahkan.
DIREKTUR Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Prima Yosephine menjelaskan menciptakan kekebalan kelompok bebas polio
Rabies berbeda dari banyak infeksi lain, sebab menurut WHO perkembangan penyakit klinis rabies dapat dicegah melalui imunisasi tepat waktu bahkan setelah terpapar agen penular.
WHO mengumumkan akan mengirimkan 1 juta vaksin polio ke Gaza, setelah penyakit yang sangat menular itu terdeteksi baru-baru ini dalam sampel air limbah dan limbah.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur WHO, melaporkan tim WHO telah berhasil mencapai Rumah Sakit al-Shifa di Gaza utara untuk menilai kemajuan rehabilitasi.
Penting bagi masyarakat untuk memahami bahaya obat palsu dan obat kadaluarsa yang beredar tanpa izin agar tidak mengalami risiko gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi obat palsu
Jangka pendek, bahaya timbel bisa masuk ke tubuh melalui inhalasi atau ingesti yang dihirup atau pun melalui makanan yang terserap oleh darah dan mengganggu fungsi organ.
Sebanyak 21 warga Palestina meninggalkan Jalur Gaza di tengah serangan Israel pada Kamis (27/6) untuk mendapat perawatan medis di luar negeri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved