Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PEMERINTAH Kota Wuhan, Tiongkok pada Jumat (17/4) akhirnya mengakui telah salah langkah dalam menghitung jumlah kematian akibat virus korona baru atau covid-19. Itu sebabnya tiba-tiba mereka menaikkan jumlahnya sebesar 50% setelah sebelumnya muncul keraguan dunia tentang transparansi Tiongkok.
Amerika Serikat telah lebih dulu mempertanyakan penanganan Tiongkok terhadap pandemi dan berapa banyak informasi yang telah mereka bagikan kepada masyarakat internasional sejak virus itu muncul pada akhir tahun lalu.
Baca juga: Tiongkok Cabut Larangan Perjalanan di Wuhan
Pihak berwenang di Wuhan awalnya mencoba untuk menutupi wabah dan ada pertanyaan tentang catatan jumlah infeksi yang dilakukan pemerintah ketika berulang kali mengubah kriteria penghitungan.
Dalam sebuah unggahan di media sosial pada Jumat (17/4, kantor pusat pengendalian epidemi di Wuhan mengatakan bahwa pihaknya telah menambahkan 1.290 kematian ke penghitungan di Wuhan.
Hal itu membuat jumlah total kematian di kota itu menjadi 3.869. Tetapi pemerintah kota hanya menambah 325 kasus, meningkatkan jumlah infeksi di kota itu menjadi 50.333.
Perubahan itu juga mendorong angka kematian nasional naik hampir 39% menjadi 4.632, berdasarkan data resmi nasional yang dirilis sebelumnya.
Jumlah korban meninggal akibat virus korona yang resmi di negara berpenduduk 1,4 miliar orang itu, memang masih jauh di bawah jumlah kematian di negara-negara yang jauh lebih kecil seperti Italia dan Spanyol.
Namun Tiongkok telah mendapat tekanan yang meningkat atas pandemi virus korona dari kekuatan Barat, dengan Washington meningkatkan keraguan tentang transparansi negara itu. AS bahkan menyelidiki apakah virus itu sebenarnya berasal dari laboratorium di Wuhan.
"Kita harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit tentang bagaimana itu terjadi dan bagaimana itu tidak bisa dihentikan sebelumnya," kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, pada Kamis (16/4).
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada Financial Times bahwa "naif" jika berpikir Tiongkok telah menangani pandemi dengan baik. "Jelas ada hal-hal yang terjadi yang tidak kita ketahui," katanya.
Ilmuwan Tiongkok mengatakan virus itu muncul dari pasar makanan Wuhan yang dilaporkan termasuk menjual hewan liar eksotis. Pemerintah Wuhan menyebut beberapa alasan untuk kasus-kasus yang terlewatkan, termasuk fakta bahwa staf medis di kota itu kewalahan pada hari-hari awal ketika infeksi meningkat, yang mengarah pada pelaporan yang terlambat, kelalaian, atau kesalahan pelaporan.
Pihaknya juga menyebut bahwa fasilitas pengujian dan perawatan yang tidak memadai, dan mengatakan beberapa pasien meninggal di rumah dan dengan demikian kematian mereka tidak dilaporkan dengan tepat.
Sebagian besar komentar di media sosial Tiongkok memuji pemerintah karena menunjukkan transparansi, tetapi satu orang di akun Weibo menulis: "Apakah Anda merasakan tekanan asing sekarang? Epidemi ini tidak semudah itu kacau, lebih baik jujur saja". (AFP/Nur/A-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved