Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Roket Kembali Serang Pangkalan Pasukan AS

Haufan Hasyim Salengke
15/1/2020 11:23
Roket Kembali Serang Pangkalan Pasukan AS
Pasukan Koalisi Internasional dan Tentara Irak memasang jembatan apung di kamp Taji, wilayah utara Baghdad, selama sesi pelatihan.(SABAH ARAR / AFP)

Sejumlah roket Katyusha kembali menyerang pangkalan udara Irak di utara Baghdad, yang menampung pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS). Laporan serangan terbaru terhadap instalasi tempat pasukan AS diungkapkan militer Irak.

Pernyataan dari militer Irak tidak menyebut berapa banyak roket yang mengenai Camp Taji. Selajuh ini tidak ada laporan korban jiwa. Laporan terpisah yang dirilis Russia Today, menyatakan satu anggota pasukan keamanan Irak dilaporkan terluka.

“Sebuah roket telah mendarat di dekat gerbang pangkalan, yang menampung tentara dari AS, Inggris, Selandia Baru, Australia, dan negara-negara lain. Personel mereka masih bertahan di Irak setelah Parlemen (Irak) memerintahkan tentara asing untuk angkat kaki awal bulan ini,” bunyi laporan tersebut.

Setidaknya dua roket diyakini mengenai area dekat pangkalan yang berjarak 17 kilometer (km) di utara Baghdad. Situasi kawasan menjadi lebih tegang sejak pembunuhan Jenderal penting Iran, Qassem Soleimani, dalam sebuah serangan udara oleh AS. Langkah Washington memprovokasi Iran untuk menembakkan rentetan rudal ke pangkalan udara Ain al-Asad dan Erbil, yang menampung pasukan Negeri Paman Sam.

Serangan tidak menimbulkan korban jiwa, namun memberikan bukti kemampuan serangan yang presisi. Teheran memperingatkan akan menyerang Dubai atau Haifa, jika Washington berusaha membalas.

Basis AS menjadi sasaran serangan roket skala kecil selama dua bulan terakhir. Tanpa kelompok yang mengklaim bertanggung jawab dan dalam kebanyakan kasus tidak ada korban. Delapan roket menghantam Pangkalan Udara Balad di Irak, Minggu lalu, yang melukai empat tentara Irak.

Analis Timur Tengah, Ammar Waqqaf, menyarankan Pasukan Mobilisasi Populer, milisi Syiah Irak yang bersekutu dengan Iran, tidak mungkin berada di belakang serangan baru-baru ini. Pasalnya, senjata yang digunakan memiliki margin kesalahan ‘sangat besar’ dan pangkalan yang ditargetkan juga menampung tentara Irak.

"Siapa pun yang menargetkan pangkalan tersebut tidak serta merta peduli dengan tentara atau personel Irak," ujarnya kepada RT.(AFP/OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya