Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Korea Utara Janjikan Perundingan Lebih Lanjut Dengan AS

Tesa Oktiana Surbakti
01/3/2019 17:00
Korea Utara Janjikan Perundingan Lebih Lanjut Dengan AS
( (Photo by Huy PHONG / AFP))

KOREA Utara menjanjikan perundingan lebih lanjut dengan Amerika Serikat (AS), pasca Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Hanoi, Vietnam, berakhir tanpa kesepakatan. Kedua belah pihak diketahui saling membuka pintu sembari merancang strategi masing-masing.

Pertemuan putaran kedua antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, berakhir tanpa upacara penandatanganan kesepakatan. Bahkan, tidak ada komunike bersama yang dikeluarkan.

Baca juga: Polisi Konfirmasi Identitas WNI Korban Mutilasi di Malaysia

Kedua belah pihak tampaknya saling menyalahkan atas kebuntuan yang terjadi. Trump menyebut Pyongyang ingin semua sanksi terkait program senjata nuklir dicabut. Namun dalam konferensi pers tengah malam, Menteri Luar Negeri Korea Utara Yong Ho mengungkapkan pihaknya hanya ingin beberapa persoalan bisa melunak. Korea Utara dikatakannya menawarkan opsi terbaik, yakni penutupan semua fasilitas produksi nuklir di kompleks Yongbyon.

Walau menemui jalan buntu, kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, melaporkan kedua pemimpin negara melakukan pembicaraan yang konstruktif dan terbuka.

Seperti diketahui, hubungan kedua negara diwarnai dengan ketidakpercayaan dan anatgonisme selama beberapa dekade. Upaya membina hubungan baru pasti menghadapi berbagai tantangan. Laporan KCNA menggambarkan KTT di Hanoi terbilang sukses, mengingat Kim menjanjikan pertemuan lain dengan Trump. Hal serupa juga diutarakan Trump sebelum meninggalkan Hanoi, yang berharap dapat bertemu Kim kembali.

"Terkadang Anda harus berjalan. Ini merupakan salah satu dari waktu perjalanan itu sendiri. Saya lebih suka mengambil tindakan dengan tepat ketimbang lebih cepat," ujar Trump kepada wartawan sambil menegaskan hubungannya dengan Kim semakin dekat. "Ada kehangatan di antara kami. Saya harap hal itu terus berlanjut," pungkasnya.

Presiden Korea Utara, Moon Jae-in, yang menjadi perantara negosiasi AS-Korea utara, berusaha mengambil sisi positif dari hasil pertemuan. "Ada kemajuan yang cukup berarti dari pembicaraan antara Trump dan Kim. Keduanya saling membangun kepercayaan dan pemahaman," kata Moon dalam sebuah pidato di Seoul.

Sebelumnya, banyak pihak yang berharap hasil signifikan dari KTT AS-Korea putaran kedua. Apalagi, kalangan kritikus memandang pertemuan bersejarah di Singapura tahun lalu, hanya menghasilkan komitmen samar dari Kim mengenai upaya denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea. Jelang KTT di Hanoi, pejabat senior AS sempat mengungkapkan Korea Utara mengajukan tuntutan pencabutan seluruh sanksi ekonomi Dewan Keamanan PBB yang diberlakukan sejak Maret 2016.

Sebagian besar sanksi berfokus pada pencegahan transfer teknologi. Akan tetapi, pembatasan teranyar mengarah pada beberapa industri potensial di Pyongyang, yakni ekspor batubara dan bijih besi, makanan laut dan perdagangan tekstil.

"Pada dasarnya semua sanksi kecuali terkait persenjataan, itu memperhitungkan banyak hal. Nilainya mencapai miliaran dolar," ujar pejabat senior AS yang enggan disebutkan namanya.

Sebagai imbalannya, lanjut pejabat AS tersebut, Korea Utara hanya menawarkan penutupan sebagian kompleks Yongbyon, sebuah situs yang mencakup berbagai fasilitas. Padahal, Korea Utara diyakini memiliki sejumlah pabrik pengayaan uranium. Dalam hal ini, Trump mendesak Kim untuk memasukkan seluruh program senjata nuklir guna mengamankan kesepakatan. Dengan begitu, Washington bersedia mencabut sanksi.

"Pembahasan program persenjatan semestinya ada di atas meja. Tetapi nyatanya proses masih berlanjut. Masih banyak kesempatan untuk melakukan pembicaraan," imbuh pejabat tersebut, seraya merujuk kekuatan bom atom Pyongyang dan ICBM yang mampu mencapai seluruh daratan AS.

Baca juga: Pasca-KTT AS-Korut Bursa Saham Melemah

Para analis berpendapat kegagalan mencapai kesepakatan di Hanoi, tidak menunjukkan berakhrinya negosiasi AS-Korea Utara. "Saya pikir kedua belah pihak tidak berpikir untuk mengakhiri proses negosiasi. Trump juga tidak mungkin menyodorkan tawaran jelek. Momentum di Hanoi menguntungkan Trump yang seakan terlihat tegar untuk memperjuangkan kesepakatan," papar Chris Green dari International Crisis Group.

Di lain sisi, sejumlah pihak menilai minimnya persiapan sebelum pertemuan. Kedua belah pihak pun disebut tidak mampu menjembatani kesenjangan kepentingan dalam negosiasi. Mantan duta besar AS untuk Korea Selatan, Kathleen Stephens, mengatakan kebuntuan negosiasi menggarisbawahi urgensi pembicaraan tingkat kerja.

Kim lebih menekankan pada aspek pengurangan sanksi, di luar apa yang diperkirakan sebagian besar pengamat. Keberadaan kantor penghubung bersama dan pernyataan resmi berakhirnya Perang Korea, tidak cukup kuat untuk membujuk pemimpin Korea Utara melangkah lebih jauh terhadap denuklirisasi. (AFP/OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya