Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
MAYORITAS pergerakan pasar saham Asia melemah sebagai imbas Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Amerika Serikat (AS)-Korea Utara yang berakhir tanpa kesepakatan, kemarin. Sepanjang hari, ekuitas cenderung berfluktuasi di tengah turunnya optimisme terhadap negosiasi perdagangan AS-Tiongkok dan ketegangan geopolitik di Kashmir.
Pasar sempat menaruh harapan pada pertemuan Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Sayangnya, pertemuan dua hari itu berakhir lebih awal tanpa ada kesepakatan.
''Pada dasarnya mereka (Korut) ingin sanksi dicabut, tetapi enggak bisa. Sanksi tetap akan terus diberlakukan. Mereka ingin sanksi dicabut, tetapi tidak mau melakukan apa yang kami minta,'' kata Trump saat konferensi pers seusai pertemuan.
Trump mengakui AS sangat ingin mencabut sanksi itu. Menurut Trump, Korut bisa menjadi kekuatan ekonomi di masa depan. ''Kami akui ada gap yang besar dengan sanksi dicabut dan denuklirisasi. Waktu akan memulihkannya. Dia ingin sanksi diangkat, tetapi kami ingin denuklirisasi.''
Bursa saham Seoul anjlok 1,8% pada perdagangan kemarin, berikut indeks saham Tokyo turun 0,8%. Bursa saham Shanghai dan Hong Kong masing-masing turun sekitar 0,4%. Sementara itu, bursa saham Singapura merosot 0,8%, disusul indeks saham Bangkok yang melemah 0,4%. Bursa saham Manila dan Jakarta masing-masing turun 2% dan 1%.
Sebelumnya, Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, mengatakan kepada anggota Parlemen AS bahwa kemajuan nyata telah dihasilkan dalam negosiasi dengan Tiongkok. Namun, masih banyak hal yang harus dikerjakan untuk mencapai kesepakatan.
Pernyataannya tidak membendung ekspektasi perjanjian antara kedua raksasa ekonomi malah memberikan ruang berpikir bagi pelaku pasar.
"Adanya kombinasi dari perkembangan negosiasi AS dengan Korea Utara dan Tiongkok berpotensi menyeret ekuitas. Kita mungkin harus menunggu katalis baru untuk mendorong kecenderung pasar bullish tahun ini," papar kepala analis pasar Markets.com, Neil Wilson. (AFP/Tes/Yan/X-10)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved