Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Turki Gencar Gempur Suriah, Eksodus Meningkat di Ghouta Timur

Irene Harty
17/3/2018 08:35
Turki Gencar Gempur Suriah, Eksodus Meningkat di Ghouta Timur
(AFP)

PESAWAT-pesawat tempur kembali menghampiri Ghouta Timur Suriah pada Jumat (16/3) saat kelompok-kelompok Islamis berusaha melawan pasukan pemerintah yang didukung Rusia di tengah warga sipil yang mencari celah melewati pengepungan lima tahun itu.

Api artileri Turki menewaskan 18 warga sipil pada hari yang sama di kota Afrin, tempat penduduk yang tersisa menimbun makanan untuk persiapan pengepungan sepenuhnya.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) melaporkan 46 warga sipil, termasuk setidaknya enam anak, tewas dalam serangan udara di distrik Kafr Batna, Damaskus pada Jumat pagi.

Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, saat serangan berlanjut, sekitar 2.000 orang sedang meninggalkan daerah yang dikuasai pemberontak.

Dalam serangan penuh dalam sebulan ini, sekitar 57 warga sipil terbunuh di dekat Damaskus dan jumlahnya terus meningkat.

Serangan darat yang dilakukan oleh tentara Suriah dan milisi sekutu telah membagi Ghouta Timur menjadi tiga kantong.

Lelah dan putus asa, diperkirakan 12.000 orang keluar Ghouta pada Kamis (15/3) setelah berminggu-minggu bersembunyi di bawah tanah.

Sebagian besar warga sipil juga meninggalkan kota Hammuriyeh, di selatan Ghouta Timur.

Kelompok Islamis dan jihad yang mendominasi kota tersebut selama beberapa tahun terakhir merebut kembali sebagian besar kota yang hampir diambil alih pemerintah sehari sebelumnya, menurut SOHR.

"Hayat Tahrir al-Sham dan Faylaq al-Rahman hampir berhasil merebut kembali kota tersebut namun pertempuran terus berlanjut di pinggiran kota," kata SOHR.

Sedikit penduduk tetap tinggal di Hammuriyeh dengan puluhan ribu lainnya masih tersebar di barat daya.

Presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC) Peter Maurer, yang membawa bantuan makanan masuk, menyuarakan kegusarannya dengan pertumpahan darah yang terus berlanjut.

"Saya sendiri dengan banyak pekerja kemanusiaan di lapangan merasa lelah dan muak dengan pembenaran buta atas pelanggaran berat terhadap warga sipil," katanya.

Sementara itu, sekitar 25 truk bantuan makanan diizinkan masuk ke distrik Douma di Ghouta Timur, menurut ICRC.

Namun belum jelas berapa lama pasokan makanan akan bertahan yang diyakini berpenghuni 125.000 jiwa itu.

Adapun bantuan tersebut tidak membawa persediaan obat-obatan.

Ghouta Timur adalah rumah bagi 400.000 orang dan berada di bawah kepungan pemerintah sejak pertengahan 2013.

Daerah tersebut merupakan salah satu benteng besar terakhir yang dikuasai oposisi yang berniat menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. (AFP/AlJazeera/Ire/X-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gaudens
Berita Lainnya