Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Indonesia Butuh Peran Anak Muda

MI
16/8/2019 08:50
Indonesia Butuh Peran Anak Muda
Presiden RI, Joko Widodo(MI/M IRFAN)

SEUSAI KPU menetapkan pemenang pemilu, Pak Presiden bilang besok langsung kerja. Persoalan apa yang harus segera diatasi?

Pertama, dalam lima tahun ke depan kita tetap akan meneruskan pembangunan infrastruktur, tapi lebih meluas dan lebih cepat. Kedua, kita geser fokus pada pembangunan manusia, terutama yang berkaitan dengan peningkatan kualitas skill, keterampilan. Itu harus bisa dinaikkan ke level yang lebih tinggi, standar yang lebih tinggi.

Ketiga, membuka investasi yang seluasluasnya dalam rangka membuka lapangan pekerjaan yang sebesar-besarnya. Ini berkaitan dengan investasi. Ini dilihat betul karena yang ditunggu masyarakat memang masalah lapangan pekerjaan.

Keempat, berkaitan dengan reformasi birokrasi dan reformasi struktural, perizinan yang bertele-tele, urusan pelayanan publik yang lama, saya sudah minta pangkas dan sederhanakan, segera dibereskan.

Terakhir, berkaitan dengan bagaimana kita mengumpulkan pendapatan yang lebih banyak, pajak maupun nonpajak, dan menggunakan atau membelanjakan dengan tepat sasaran.

Normal itu seperti apa?
Kita harapkan seluruh elite politik menyampaikan dan memberikan contoh. Elite politik di tingkat nasional, provinsi, hingga kabupaten atau kota, seperti bupati, wali kota, atau gubernur, semuanya harus memberikan contoh yang baik dan betul-betul konkret.

Misalnya, saya ini sudah menyampaikan berkali-kali. Saya ini presiden untuk seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Artinya apa? Kita jangan berpikir di daerah (yang pada pemilu) kalah tidak dibangun. Di daerah yang (pemilunya) menang (dibangun). Enggak seperti itulah. Semua sama. Kita ingin membangun
negara. Tidak akan ada hal seperti itu. Dalam politik itu, biasa ada yang menang dan ada yang kalah. Daerah menang, daerah kalah, juga biasa. Kalau saya melihatnya seperti itu.

Idealnya porsi di luar pemerintahan seperti apa? Karena sepertinya di awal pemerintahan periode ini, opisisi agak mengganggu?
Yang bisa memberikan kritik konstruktif, memberikan solusi, memberikan keseimbangan antara pemerintah dan di luar pemerintahan.

Ya, memang demokrasi yang benar seperti itu. Namun, kalau semuanya ingin di dalam bagaimana?
Ada yang bilang, harus mendahulukan yang berkeringat dulu…
Hahahaha.. Ya, logika politiknya memang harus seperti itu.

Kekuatan oposisi sepertinya solid, apa ini tidak terlalu riskan bagi pemerintah untuk memuluskan kebijakan?
Enggak, biasalah dalam politik. Kerja sama politik itu penting, tapi yang terpenting itu memiliki kesamaan visi. Jangan sampai di dalam bersama-sama, tapi visinya berbeda. Itu nanti jadi enggak karu-karuan.

Artinya apa? Dalam setiap kebijakan itu kita memiliki gagasan memiliki ide pemikiran yang sejalan sehingga betul-betul pembangunan bisa kita lakukan secara cepat karena di-backup oleh dukungan politik baik di parlemen dan di luar parlemen karena di depan butuh kecepatan.

Transaksi perdagangan sempat agak turun dan bagaimana juga ekspor impor kita? Strategi ke depan menghadapi situasi global yang masih penuh ketidakpastian itu seperti apa?
Kita harus melihat, mengatakan apa adanya. Pertumbuhan ekonomi global menurun. Kemarin saya ketemu Bank Dunia, IMF (Dana Moneter Internasional), dan OECD (Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi).

Semuanya mengatakan turun. Kemudian, problem kita ini kan di neraca transaksi berjalan, problem kita ada di defisit neraca perdagangan, dan defi sit transaksi berjalan.

Problem itu bisa diselesaikan kalau kita bisa meningkatkan ekspor. Kemudian, mengganti barang-barang subtitusi impor. Saya tahu semuanya itu.

Kalau mau meningkatkan ekspor, saat pasarnya melemah, kan juga tidak mudah. Saya kira, perasaan mendasar kita ke depan dan saya masih meyakini apabila kita bisa menyelesaikan aturan-aturan birokrasi, regulasi-regulasi yang menghambat, perizinan-perizinan yang bertele-tele itu bisa kita selesaikan.

Saya masih yakin investasi akan datang lebih besar, baik dari dalam maupun dari luar. Peningkatan ekspor juga bisa kita lakukan karena pemerintah memberikan ruang insentif dan disinsentif. Saya kira kita masih optimistis bahwa ekonomi kita lebih baik.

Sepertinya Pak Presiden sudah berkali-kali menyampaikan izin yang berteletele, sebenarnya apa sih yang paling susah?
Ya, membangun sistemnya. Kalau sistemnya enggak dibangun dengan aplikasi sistem yang bagus, sampai kapan pun tidak akan selesai.

Kita kan sudah menyelesaikan online single submission (OSS), tapi tidak semua kementerian bisa connect dengan aplikasi sistem ini. Daerah juga belum, provinsi, kabupaten/kota juga belum. Ya bagaimana? Yang paling penting kalau sistem ini berjalan, akan ada kecepatan. (Masa) mengurus (izin) sampai bertahun-tahun. Mengurus izin berbulan-bulan saja enggak boleh, apalagi bertahun-tahun.

Kira-kira tipologi kabinet seperti apa yang bisa mempercepat proses-proses yang disampaikan Pak Presiden tadi?
Dunia sekarang berubah cepat sekali. Betul-betul sangat cepat. Kita merasakan betul sehingga periode ke depan ini tantangannya juga berubah, tantangan berbeda.

Kabinet yang dibutuhkan juga berbeda sehingga sering saya sampaikan, ke depan ini memang warna untuk yang muda-muda ini perlu diberi ruang. Bisa nanti menteri umur 25 tahun, 20 tahun, atau 30 tahun. Kenapa tidak? Karena kita harus fleksibel, menyesuaikan perubahan-perubahan dunia. Jadi, apa yang bisa
merespons perubahan-perubahan itu ya anak-anak muda.

Karena itu, sekali lagi kita butuh menterimenteri yang energik, dinamis, inovatif, penuh kreativitas. Siapa? Anak-anak muda yang mengerti perubahan-perubahan sekarang ini yang cepat sekali. Kita baru satu belajar, sudah nongol yang lain.

Postur kabinet kira-kira masih sama seperti sekarang kalau dilihat kebutuhan ke depan?
Ya, mungkin ada beberapa nomenklatur baru. Harus ada kementerian yang melihat kebutuhan ini. Ini baru saya kalkulasi. Misalnya, perlunya menteri ekspor, khusus ekspor. Menteri investasi atau menteri apa lagi. Menteri mengenai digital ekonomi, misalnya. Ya, bisa saja berubah. Sangat kuno banget kalau kita masih (seperti itu).   (Mal/P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya