Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
MELALUI ajang SEA Games 2019 yang akan digelar mulai 30 November hingga 11 Desember di Filipina, Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) ingin atlet-atletnya bisa menjadi yang terbaik di kawasan Asia Tenggara. Sejauh ini, PBSI terus mempersiapkan agar seluruh wakil Merah Putih bisa tampil maksimal di pesta olahraga yang diselenggarakan dua tahun sekali itu.
"Saya mengutip apa yang pernah disampaikan oleh Ketua Umum PBSI, Pak Wiranto. Utamanya, ialah kami tidak ingin memberikan beban berlebihan untuk para atlet. Apa yang kami lakukan, ialah menyiapkan mereka untuk bisa tampil dengan performa terbaik. Jadi ketika ditanya mengenai target, kami tidak main target. Terpenting adalah kita bisa menjadi yang terbaik di Asia Tenggara," tutur Achmad kepada Media Indonesia.
Pada SEA Games 2017 yang saat itu digelar di Malaysia, Indonesia meraih dua medali emas. Satu dari nomor tunggal putra yang disumbangkan oleh Jonatan Christie. Sekeping lainnya dari beregu putra yang diperkuat oleh Fajar Alfian, Berry Angriawan, Muhammad Rian Ardianto, Jonatan, Hafiz Faisal, Hardianto, Firman Abdul Kholik, Panji Ahmad Maulana, Ihsan Maulana Mustofa, dan Edi Subaktiar. Jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, jumlah medali emas yang didapat lebih sedikit karena pada SEA Games 2015 di Singapura, ada tiga medali emas yang berhasil didapat tim bulu tangkis Indonesia.
Untuk bisa menghadapi SEA Games tahun ini, Achmad menjelaskan bahwa PBSI sudah mempersiapkan seluruh atletnya sejak awal tahun ini melalui program pemusatan latihan nasional. Namun, pelatnas menurut Achmad tidak lah dikhususkan untuk SEA Games. Program itu juga dimaksudkan dalam rangka menatap berbagai ajang lain yang wajib diikuti dalam waktu dekat ini dan salah satunya adalah Kejuaraan Dunia yang digelar di Swiss mulai Senin (19/8). Semasa waktu persiapan itu juga ada seleksi untuk bisa memastikan Indonesia memiliki pebulutangkis berkualitas yang bisa tampil di kompetisi level internasional.
"Kami punya pelatnas yang selalu ada seleksi, promosi, dan degradasi. Jika dianggap tidak berpotensi, atlet itu harus keluar dari pelatnas. Sebaliknya, dia tetap di pelatnas, karena latihan kan memang terus menerus," kata Achmad.
Lebih lanjut, SEA Games sendiri sebenarnya merupakan salah satu sasaran antara yang harus ditembus oleh PBSI. Pasalnya, PBSI menempatkan SEA Games ada di urutan ketiga dalam prioritasnya. Apa yang sangat penting, adalah olimpiade dan yang terdekat bakal diselenggarkan di Tokyo, Jepang pada 2020. Sementara yang kedua, Asian Games dan Indonesia di ajang itu pada tahun lalu berhasil menyabet medali emas di nomor ganda putra yang disumbangkan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan dari Jonatan.
"Oleh karena itu, kalau olimpiade kita tidak main-main. Yang kita turunkan merupakan yang terbaik di sana. Kemudian juga untuk Asian Games yang levelnya juga sudah hampir terbaik dunia. Maka yang terbaik juga lah yang kita turunkan," kata Achmad.
Pembinaan dan kompetisi
Untuk SEA Games, dia mengatakan levelnya regional. SEA Games dijadikan sebagai ajang pemantapan regenerasi oleh PBSI. "Oleh karena itu yang diturunkan di SEA Games merupakan gabungan dari atlet-atlet senior dan junior. Atlet senior pun bukan merupakan atlet yang utama, karena kebetulan dalam waktu yang bersamaan mereka juga mempersiapkan diri menuju olimpiade," kata Achmad.
Kombinasi atlet senior dan junior di SEA Games merupakan keinginan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), dan sebenarnya juga bakal terlihat di cabang olahraga lain. Kemenpora menginginkan terjadi regenerasi di SEA Games dan atlet junior mendapatkan jam terbang tambahan di perhelatan internasional.
Regenerasi sendiri, dikatakan Achmad tidak mungkin terjadi tanpa adanya bibit unggul. Untuk bisa memiliki pebulu tangkis bertalenta, Achmad mengatakan PBSI telah lama fokus dengan pembinaan, khususnya untuk atlet usia dini. Pembinaan menjadi kunci jika ingin mendapatkan manusia berkualitas.
"Pembinaan yang baik itu tentu saja sejak dini. Khusus kaitannya dengan bulu tangkis, pembinaan ada di masing-masing klub. Itu adalah salah satu cara bagi kita untuk mendapatkan manusia-manusia yang berkualitas dan mempunyai kemampuan yang unggul," kata Achmad.
Jika sudah melakukan pembinaan dengan baik, akan terlihat hasilnya dan agar mampu mendapatkan yang terbaik dari yang terbaik, Achmad mengatakan harus ada kompetisi. "Supaya ada persaingan. Itu kan di samping sebagai media seleksi juga membuat mereka saling bersaing. Maka, dua hal tadi, pembinaan dan kompetisi harus ada di dalam sebuah organisasi olahraga," kata dia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved