Universitas Trilogi Siap Pasok Technopreneur Kolaboratif

DENGAN menyadari eratnya hubungan kemajuan teknologi dengan keberagaman bangsa, Universitas Trilogi berupaya menciptakan lulusan yang siap menjadi technopreneur kolaboratif. Artinya bukan hanya andal di bidang teknologi, tapi juga bisa berkolaborasi.

Rektor Universitas Trilogi Asep Saefuddin mengatakan Indonesia dianugerahi sumber daya alam melimpah dengan keberagaman suku, kepercayaan, serta bahasa yang berbeda-beda. Oleh karena itu, teknologi dan kolaborasi menjadi unsur yang penting dalam kemajuan Indonesia.

"Teknologi harus jadi alat perekat keberagaman. Jadilah profesional dan entrepreneur yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat," ujar Asep saat acara Wisuda dan Dies Natalis Ke-4 Universitas Trilogi di Jakarta, kemarin.

Selama kurang lebih empat tahun, mahasiswa Universitas Trilogi telah melewati proses penggemblengan dari para dosen melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler. Hampir dipastikan, menurut Asep, sumber daya lulusan universitas itu sanggup menjawab kebutuhan technopreneur kolaboratif di Indonesia.Namun, upaya tersebut tetap memerlukan dukungan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Dukungan tersebut antara lain menyangkut masalah regulasi yang menghubungkan perguruan tinggi, bisnis, dan pemerintah. Hadir dalam acara Wisuda dan Dies Natalis Ke-4 Universitas Trilogi itu, Koordinator Kopertis Wilayah III Illah Sailah serta Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Menteri Desa PDTT) Eko Putro Sandjoyo.

Menurut Illah, kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat juga diperlukan. Contohnya, dengan ditunjuknya Universitas Trilogi sebagai perguruan tinggi yang menjalankan program kuliah kerja nyata (KKN) bertema Merajut Nusantara. Hal itu dapat mendorong kepedulian mahasiswa terhadap pembangunan desa tertinggal. Mut/I-2