Masyarakat Jadi Sentral Kontrol Penggunaan Media Sosial

PERAGAAN bunuh diri yang disiarkan secara langsung melalui jejaring sosial Facebook oleh PI, 35, menjadi contoh nyata munculnya tantangan baru dari perkembangan teknologi informasi.

Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen M. Fadil Imran meminta masyarakat memahami nilai-nilai dan budaya di dunia siber. "Sentral kontrolnya ada pada masyarakat sendiri," ujar Fadil kepada Media Indonesia, Sabtu (18/3).

Hadirnya fitur live membuat filter atas konten yang diperagakan menjadi minim. Menurut Fadil, Facebook sendiri memiliki mekanisme terkait konten apa saja yang diperbolehkan untuk diunggah. Untuk itu diperlukan kebijaksanaan dari masyarakat dalam menggunakan jejaring sosial.

Hal-hal yang tidak patut disiarkan dan melanggar hukum pun secara mekanisme harus diblokir langsung, baik oleh Facebook maupun atas permintaan Polri maupun Kementerian Kominfo. Hanya saja, fitur live di jejaring sosial memungkinkan pengguna menyiarkan kejadiaan yang sedang berlangsung saat itu juga sehingga lebih sulit dikontrol.

"Peran masyarakat menjadi penting dengan melaporkan konten seperti itu ke Facebook atau ke Polri," tukasnya.

Selain itu, ia juga menghimbau agar masyarakat tidak menyebarkan konten tersebut. Konten tersebut pun saat ini telah diblokir oleh pihak Facebook.

Pada Jumat (17/3) siang lalu sekitar pukul 10 pagi, Indra yang merupakan warga Ciganjur, Jagakarsa mengaku ditinggal oleh isteri yang telah ia nikahi selama 17 tahun. Adegan bunuh diri tersebut tersiar di Facebook dengan durasi 1 jam 46 menit. Ia kemudian ditemukan oleh anaknya sekitar pukul 13.30 siang sudah dalam keadaan tidak bernyawa.

Berdasarkan pemeriksaan terhadap jasad Indra, polisi menyatakan tidak ada tanda-tanda kekerasan pada bagian tubuhnya. Selain itu, dari barang bukti berupa telepon seluler miliknya ditemukan video detik-detik Indra melakukan aksi bunuh diri. (OL-3)