Menguji Kedaulatan Pangan Cabai

MARI bersama tidak menyepelekan cabai. Bagi sebagian orang, rasa pedas itu tidak tergantikan. Cukuplah untuk bisa dikata bahwa cabai seolah menjadi hajat hidup orang banyak.

Tak elok pula memandang enteng konsumsi cabai rawit. Konsumsi cabai rawit yang hanya 1,35 kg/kapita/tahun atau 37,5 gram/kapita/tahun.

Semasa publik sibuk dengan cabai berbakteri, ternyata persoalan lain mengintai. Di masa yang sama, Desember 2016, harga cabai rawit telah mencapai Rp63 ribu/kg di tingkat pengecer. Itu jauh meninggalkan harga rerata, yakni Rp30 ribu per kg. Di tingkat petani, harga cabai naik menjadi Rp38 ribu dari sebelumnya 26 ribu/kg.

Pengamat pertanian IPB Dwi Andreas Santosa mengatakan melambungnya harga cabai disebabkan kelangkaan pasokan. Hal itu imbas dari gangguan iklim hujan yang berkepanjangan atau sering disebut dengan La Nina. "Produksi nasional drop. Berdasarkan pengamatan kami, banyak yang gagal panen," terangnya.

Kuasa alam memang sangat besar. Tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan pasokan cabai dari kondisi hujan. Itu pula yang menepis anggapan bahwa ada pihak yang menimbun cabai untuk mengatrol harga. (Zuq/M-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Editor : THALATIE KAPRINA YANI