Proyek Geotermal Ancam Gunung Leuser

KONSORSIUM LSM lingkungan Aceh menyarankan pemerintah untuk memilih lokasi alternatif di luar zona inti kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) untuk melanjutkan pengembangan proyek panas bumi (geotermal).

Juru bicara Koalisi Peduli Hutan Aceh (KPHA) Efendi Isma di Jakarta mengatakan dalam laman Dinas Pertambangan dan Energi Aceh, potensi energi panas bumi di kawasan hutan ekosistem Leuser tampak relatif kecil bila dibandingkan dengan potensi di kawasan lain di Aceh.

Terdapat 14 lokasi alternatif yang tersebar di tujuh kabupaten yang memiliki potensi energi panas bumi di Provinsi Aceh. Bila itu digabungkan, hasil energinya mencapai lebih dari 950 megawatt (Mw), lebih besar jika dibandingkan dengan hanya 142 Mw di lokasi yang diajukan untuk perubahan status zonasi di Gunung Kembar dan lokasi lain di Kabupaten Gayo Lues.

Hampir semua lokasi alternatif itu terletak lebih dekat dengan kota-kota besar di Aceh sehingga lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan energi. "Saya rasa aneh bila lokasi alternatif ini tidak dikembangkan terlebih dahulu. Bagaimana bisa proyek energi panas bumi pertama di Aceh diajukan di tengah-tengah salah satu kawasan yang paling berharga dan tak tergantikan di Aceh?" ujar Efendi.

Karena itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan diminta menolak kemungkinan penurunan status kawasan Kappi dan menegaskan komitmen untuk terus melindungi status zona inti kawasan tersebut.

Sebelumnya Ketua Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh Farwiza Farhan mengatakan para peneliti dari Universitas Gadjah Mada baru memaparkan laporan pada 8 Desember 2016, yang merekomendasikan perubahan zonasi kawasan lindung yang merupakan bagian dari Tropical Rainforest Heritage of Sumatra World Heritage Site. Hal itu memungkinkan jika proyek energi panas bumi yang dibangun akan menghancurkan zona inti di Kawasan Ekosistem Leuser. (Ant/H-1)