Jangan Kenalkan Gadget kepada Anak sejak Dini

BERDASARKAN penelitian The American Academy Pediatrics (AAP), anak usia 0-2 tahun tidak boleh mengenal gadget. Mendidik anak di usia itu dengan menggunakan gadget dengan tujuan anak lebih cerdas tidak akan efektif.

"Seharusnya anak di usia 0-2 tahun diberi pendekatan secara emosional langsung dari lingkungan nyatanya. Peran orangtua di sini harusnya memberikan kontak mata, sentuhan langsung, dan respons yang hangat. Ini agar si anak dapat berkembang dengan baik," ujar psikolog keluarga, Astrid Wen, MPsi, pada seminar bertema Anak kecanduan gadget, sudahkah orangtua berkaca?

Orangtua sibuk dan tidak mempunyai waktu yang banyak untuk mengajak main dan mendidik anak biasanya menggunakan alternatif dengan memberikan gadget sebagai pengganti.

Gadget dianggap sebagai media terbaik untuk anak belajar dan berkembang sehingga akhirnya banyak anak memainkan gadget sebagai suatu kebiasaan sejak mereka berusia di bawah lima tahun (balita).

Survei Asian Parent pada sekitar 2.500 orangtua di negara ASEAN menemukan 99% anak bermain gadget di rumah, 71% bermain saat bepergian, 70% bermain saat makan, 40% bermain di rumah teman, dan 17% bermain di sekolah.

"Anak-anak yang main gadget secara intens berjam-jam umumnya tidak memperhatikan orang lain di sekitarnya," ujar Astrid.

Ia menjelaskan anak yang terlalu sering menggunakan gadget tanpa kontrol akan mengorbankan waktu si anak untuk bereksplorasi dengan lingkungannya dan berinteraksi dengan orang sekitar.

Kerugian lainnya ialah waktu istirahat anak akan berkurang sehingga berdampak pada perkembangan fisik dan juga dapat menurunkan kemampuan berpikir.

"Pada akhirnya anak tidak tumbuh menjadi orang-orang yang dapat merefleksikan dan mengekspresikan diri. Mereka akan cenderung cemas dan depresi," jelas Astrid.

Orangtua harus mengawasi si anak ketika menggunakan gadget. "Proteksi keluarga harus menyeluruh. Melindungi anak dari gadget ialah salah satu proteksi di keluarga," tambah Vice President Strategic Marketing PT Central Asia Financial, Priska Sari Kurniawan. (*/H-2)