Bambu untuk Atasi Masalah Daerah Aliran Sungai

TANAMAN bambu selama ini kurang dilirik. Padahal, berdasarkan penelitian yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), bambu dapat menahan laju erosi hingga lebih dari 80% dalam waktu 5 tahun.

"Berdasarkan hasil penelitian setelah penanaman bambu selama 5 tahun, erosi yang semula 4.235 ton per km persegi berkurang sampai 436 ton per km persegi," ucap peneliti bambu dari Pusat Penelitian Biologi LIPI Elizabeth A Widjaja dalam peluncuran Policy Brief Penanaman Bambu di Kantor LIPI, Jakarta, kemarin.

Oleh karena itu, lanjut dia, bambu akan bermanfaat jika ditanam di bantaran sungai sebagai penahan erosi. Hal itu dapat memecahkan masalah pada daerah aliran su-ngai (DAS) kritis yang berada di Indonesia. Erosi diketahui menyebabkan pendangkalan dan merusak kemampuan sungai dalam menyerap air yang berdampak pada terjadinya banjir bandang.

Dikatakan Eli, berdasarkan penelitiannya di Desa Sumber Deling, Jawa Timur, debit air musim kemarau di Gunung Semeru semula 350 liter per detik sebelum terawatnya hutan bambu seluas 14 ha itu. "Debit air naik menjadi 600-800 liter per detik, sedangkan pada musim hujan menjadi 1.000 liter per detik," imbuhnya.

Penanaman bambu, katanya, hanya memerlukan 5 tahun untuk menghasilkan dampak terhadap pemulih-an kualitas DAS. Selain itu, biaya yang dikeluarkan pun jauh lebih murah ketimbang membangun beton.

Sementara itu, Dirjen Pe-ngendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Hilman Nugroho, dalam kesempatan tersebut, menyatakan 24,3 juta ha lahan Indonesia kritis. Menurutnya, bambu dapat menjadi salah satu solusi percepatan pemulihan lahan tersebut.

Untuk itu, pihaknya akan melakukan pemetaan terhadap rencana pemerintah untuk menanam 100 juta batang bambu di lahan kritis di Indonesia. Menurutnya, hal tersebut dapat dijalankan tahun depan. "Kalau perintah Wapres kan 10 juta ditanam di Sulawesi Selatan, kami akan melakukan pemetaan untuk menanam sisanya."

Selain itu, pemerintah akan memperkuat pengelolaan dan penguatan impor bambu dan rotan dari Indonesia dengan menginisiasi pembukaan kantor International Network for Bamboo and Rattan di Indonesia. "Dengan adanya kantor mereka, mau tidak mau akan ada expert yang juga datang dan membuat kualitas rotan kita bangun lagi setelah lama tertidur," tukas dia. (Ric/H-2)