Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Fadli Zon dan Para Sastarawan Bacakan Puisi Perdamaian untuk Gaza

Devi Harahap
27/7/2024 21:15
Fadli Zon dan Para Sastarawan Bacakan Puisi Perdamaian untuk Gaza
Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Fadli Zon(Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa kemendikbudristek)

KEMENTERIAN Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, bekerja sama dengan Majalah Sastra Horison menyelenggarakan kegiatan Parade Puisi untuk Gaza sebagai bentuk solidaritas atas persoalan kemanusiaan di Palestina.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Aminudin Aziz mengatakan sastrawan memiliki peranan penting dalam menularkan dan menggerakkan kesadaran masyarakat untuk bergerak bersama menciptakan perdamaian dan keadilan, khususnya pada saat eskalasi konflik mengalami kenaikan cukup tajam.

“Sastrawan itu punya senjata lewat kata-kata, sastrawan juga punya senjata melalui karya-karya yang memang punya substansi sangat mendalam dan bagus. Karya-karya mereka berpotensi untuk dibaca orang dan kemudian akan mempengaruhi pikiran manusia yang lain, masyarakat dan kelompok komunitas yang lebih luas,” katanya dalam acara “Parade Puisi Untuk Gaza” di Gedung Badan Bahasa Jakarta pada Sabtu (27/7).

Baca juga : Khitah Negara pada Sastra Masuk Kurikulum

Prof Amin menjelaskan bahwa Indonesia sebagai sebuah bangsa telah meneguhkan posisinya untuk menentang penjajahan dalam berbagai bentuk, termasuk genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Sikap bangsa Indonesia itu sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945 bahwa setiap penjajahan harus dihapuskan.

“Ketika kita mendengar atau terlintas berbicara tentang palestina maka kita mendengar betapa dunia tidak berpihak kepada mereka. Lalu yang ada dalam benak kita adalah keingin untuk secara bersama-sama membela kemerdekaan mereka dan memberikan hak-hak mereka sesuai dengan apa yang sudah dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusia dan prikeadilan,” jelasnya.

Menurut Prof Amin, memandang persoalan genosida di Palestina tidak hanya bisa dilihat secara fisik namun juga dengan menggunakan mata hati dan perasaan. Untuk itu, sastra hadir sebagai sebuah wadah yang bisa menghidupkan perasaan lewat untaian puisi yang dibacakan oleh para sastrawan Tanah Air.

Baca juga : Puisi-puisi Endry Sulistyo

“Sehingga terbangunkan emosi dan harga dirinya, inilah peran sastrawan-sastrawan hebat itu. Jadi banyak faktor yang menunjukkan bahwa hanya karena dipicu oleh tulisan dari para sastrawan yang hebat, kemudian akan terjadi pergerakan-pergerakan sosial untuk melawan ketidakadilan. Itu adalah substansi dari sebuah karya yang bernas dari seorang sastrawan,” katanya.

Lebih lanjut, Prof Amin menjelaskan tidak ada proses kurasi dalam pembacaan puisi untuk Gaza tersebut. Dikatakan bahwa para sastrawan ada yang membacakan karya puisi lama mereka, namun ada pula yang baru membuat puisinya beberapa hari ini bahkan pada pagi hari sebelum acara berlangsung.

“Kita serahkan sepenuhnya kepada pembaca dan disesuaikan dengan perspektif mereka masing-masing. Dan puisi itu berfokus kepada perasaan yang sama tentang kondisi di Gaza, Palestina sudah sangat tidak baik karena genosida dan pembantaian di mana-mana. Ini yang disuarakan, esensinya adalah kita memfasilitasi sastrawan bersama-sama untuk menyuarakan kegelisahan dan dukungan untuk Palestina,” tuturnya.

Baca juga : Puisi-puisi Sri Purwantiningrum

Sementara itu, Politisi, Sastrawan dan Pimpinan Majalah Horison, Fadli Zon mengungkapkan Parade Puisi untuk Gaza merupakan bentuk solidaritas bangsa Indonesia kepada masyarakat Gaza, Palestina. Kegiatan ini juga sebagai wadah berekspresi untuk membangun seruan perdamaian agar penjajahan yang dilakukan oleh Israel dalam berbagai bentuk dan manifestasinya dapat dihentikan.

“Bahwa Indonesia sebagai bangsa yang tidak berpihak pada penjajahan, telah melakukan berbagai diplomasi dan negosiasi hingga donasi dan kegiatan kemanusiaan untuk membawa Palestina merdeka. Ini menunjukkan bahwa hampir semua elemen masyarakat termasuk dari sastrawan, seniman,dan budayawan mendukung Palestina merdeka,” tuturnya.

Lebih lanjut, Fadli mengungkapkan bahwa hingga saat ini, bombardir Israel kepada Gaza, Palestina telah memakan 40 ribu korban meninggal dunia, dimana 70 persen merupakan para perempuan dan anak-anak. Ia pun prihatin karena berbagai resolusi perserikatan bangsa-bangsa (PBB) tidak mampu menghentikan genosida tersebut.

Baca juga : Puisi-puisi Damay Ar-Rahman

“Begitu banyak terjadi keruntuhan dan kehancuran di sana sementara kita melihat tatan dunia termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa yang sudah mengeluarkan resolusi PBB berkali-kali,, tidak bisa menghentikan pembantaian dan genosida yang terjadi di Gaza Palestina. Kita seolah-olah tidak bisa berbuat apa-apa, lebih dari itu bahkan bantuan kemanusiaan yang banyak dihimpun oleh warga Indonesia tidak bisa masuk ke wilayah Gaza,” tuturnya.

Fadli mengatakan Indonesia adalah negara paling konsisten yang mendukung kemerdekaan Palestina dan tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Menurutnya, harus ini harus dijaga bersama oleh pemerintah, parlemen, dan organisasi kemasyarakatan, serta masyarakat pada umumnya, sebagai bentuk konsekuensi dan komitmen Indonesia terhadap amanat UUD 1945.

“Negara komitmen untuk tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel, kemudian juga terus mendukung Palestina merdeka di berbagai forum-forum internasional. Baik pemerintah, parlemen dan semua masyarakat mempunyai sikap dan pandangan yang sama tentang Palestina merdeka dan negara juga terus berusaha untuk membantu dan memberikan bantuan kemanusiaan,” tuturnya.

Sastrawan dan Budayawan Indonesia, Jajang C Noer mengatakan bahwa para sastrawan yang memiliki wadah bersuara lewat karya tulis dan puisi memiliki tanggung jawab moral untuk menggerakan kesadaran nasional mengenai isu-isu kemanusiaan, termasuk pada bencana genosida yang terjadi di Gaza, Palestina.

“Sastrawan hanya bisa mengucapkan isi hatinya karena punya media untuk menyuarakan, dan kami bersyukur jika banyak yang hadir, melihat dan mendukung kemerdekaan Palestina. Puisi yang saya bacakan bertajuk “Kepada Israel” itu diciptakan oleh Fadli Zon tahun 1988. Jadi lewat acara ini, kami sastrawan mengajak untuk terus peduli terhadap kemerdekaan Palestina,” ungkapnya.

Mudah-mudahan apa yang disuarakan oleh sastrawan kita di ruang badan bahasa ini membawa sebuah pesan yang mengglobal, bukan hanya pada manusia-manusia yang sadar akan nasib Palestina tetapi juga menjadi doa yang terbaik bagi mereka yang ada di Palestina sehingga bisa mendapatkan kemerdekaannya,” jelasnya.

Selain Fadli Zon dan Jajang C Noer, sejumlah sastrawan dan budayawan Indonesia juga turut merespons situasi dan kondisi kemanusiaan yang terjadi di Palestina dengan karyanya, di antaranya Taufiq Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, Eka Budianta, Aspar Paturusi, Jose Rizal Manua, Ahmadun Yosi Herfanda, Dewi Motik Pramono.

Hadir pula Sekretaris Jenderal Kemendikbud Ristek, Suharti dan Duta Besar Palestina untuk Indonesia, H. E. Dr. Zuhair S. M. Alshun, yang juga turut membacakan puisi untuk Palestina. (Z-8)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda
Berita Lainnya