Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Reformulasi Makanan dan Minuman untuk cegah Tinggi GGL

M. Iqbal Al Machmudi
11/7/2024 08:48
Reformulasi Makanan dan Minuman untuk cegah Tinggi GGL
Calon konsumen memilih minuman kemasan di sebuah pusat perbelanjaan, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (5/7/2024).(ANTARA/SULTHONY HASANUDDIN)

MARAKNYA makanan dan minuman mengandung kadar gula, garam dan lemak (GGL) yang cukup tinggi dan dapat mengganggu kesehatan membuat masyarakat harus lebih perhatian dan sadar atas bahaya yang bisa ditimbulkan jika sering mengonsumsi makanan dan minuman tinggi GGL.

Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan perlu adanya reformulasi atau mengatur ulang formula dari makanan-makanan kemasan yang dijual di masyarakat.

"Pengaturan ulang ini tentu bertujuan menyediakan makanan dan minuman yang lebih sehat, dengan formula yang kadar GGL sesuai dengan prinsip dasar kesehatan," kata Tjandra dalam keterangannya, Kamis (11/7).

Baca juga : Program Makan Bergizi Gratis Berpotensi Tinggi Gula, Garam, dan Lemak

Deklarasi Pimpinan Negara ASEAN tahun 2021 sudah menyebutkan bahwa negara-negara ASEAN memberi prioritas pada reformulasi dan produksi makanan dam minuman yang lebih sehat.

Hal itu merupakan strategi penting yang perlu diimplementasikan untuk mencapai potensi kesehatan maksimal masyarakat ASEAN dengan melakukan promosi gaya hidup sehat serta menjamin kesehatan dan kesejahteraan bagi semua kelompok umur, khususnya dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bergizi seimbang.

Upaya lainnya yakni pencantuman label di kemasan yang secara jelas menjelaskan berapa kadar GGL yang terkandung di dalamnya. Tentu saja label itu harus cukup besar dan mudah terbaca konsumen.

Baca juga : Konsumsi Gula, Garam dan Lemak Berlebih Picu Penyakit Jantung

Hal itu juga dilakukan dengan mewujudkan standar minimum dan petunjuk dalam mendesain label yang disebut sebagai Front-of-Pack (FoP) label system, dan ini mengikuti paduan internasional, seperti WHO Guiding principles and framework manual for front-of-pack labelling for promoting healthy diet yang sudah dikeluarkan tahu 2019 lalu.

"Tujuannya adalah untuk memberi informasi yang lebih baik bagi konsumen untuk memilih produk makanan dan minuman yang lebih sehat," jelasnya.

Upaya terakhir yakni cukai bagi produk makanan tertentu, khususnya yang kadar gula garam lemaknya dapat berpotensi mengganggu kesehatan. Dalam hal ini, negara-negara ASEAN bersepakat membagi pengalaman yang baik dan inovatif tentang anggaran kesehatan dan pemanfaatan cukai untuk promosi gaya hidup sehat dan program pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM).

Baca juga : Kurangi Kebiasaan Ngemil Bisa Cegah Obesitas

"Juga disebutkan bahwa negara-negara ASEAN setuju untuk membentuk aturan kebijakan fiskal terhadap makanan dan minuman yang tidak sehat," ucapnya.

Setiap hari masyarakat disajikan makan dan minum yang tinggi GGL, dan tentunya sangat mengharapkan agar produk makanan dan minuman yang masyarakat konsumsi yang sehat, utamanya mengandung kadar gula, garam dan lemak yang sesuai dengan panduan kesehatan yang ada.

"Menjadi kewajiban pemerintah untuk menjamin agar produk makanan dan minuman yang dijual memang menyehatkan bangsa," pungkasnya. 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya