Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
IKATAN Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendorong berbagai pihak untuk terus mengencerkan dan meningkatkan cakupan imunisasi untuk mencegah penularan polio, khususnya di berbagai daerah yang masih berpotensi terjadinya transmisi telah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh Kementerian Kesehatan.
Anggota IDAI dan Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) Hindra Irawan Satari mengatakan bahwa cakupan imunisasi yang tinggi sangat penting untuk melindungi anak-anak yang rentan mengalami gejala berat polio karena memiliki kondisi khusus seperti immunocompromised atau masalah sistem imun.
“Seorang anak harus diberikan cakupan imunisasi polio sekitar 95% agar tidak terkena atau tidak tertular (polio), jadi angka 95% ini sudah ideal. Sehingga orang tua sebaiknya tidak perlu ragu untuk memberikan vaksin ganda pada anaknya,” ujarnya kepada Media Indonesia, Minggu (26/5).
Baca juga : IDAI Sebut KLB Polio di Jawa Bakal Jadi Bom Waktu
Hindra menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mendapatkan pelayanan imunisasi dasar lengkap secara penuh akan lebih rentan terkena transmisi polio sebab daya tahan tubuh tergolong rendah, terutama bagi anak penderita gangguan tertentu seperti kanker.
“Anak yang kurang mendapatkan imunisasi dasar lengkap akan rentan terhadap transmisi polio. Tepatnya apabila imunisasi polionya tidak lengkap, jadi semua imunisasi harus lengkap. IDAI telah menyelenggarakan webinar yang diikuti anggota IDAI mendukung dilaksanakannya PIN Polio,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hindra menjelaskan bahwa imunisasi polio tetes diberikan pada anak usia 1, 2, 3, dan 4 bulan. Dikatakan bahwa pada usia 4 bulan, bayi juga diberikan vaksin Polio suntik (IPV) pada usia 9 bulan bersamaan dengan imunisasi DPT-HB-Hib.
Baca juga : Cegah Kenaikan Kasus, Pemerintah Gencarkan Skrining Tb Anak
“Imunisasi polio suntik diberikan di paha kiri sedangkan imunisasi DPT-HB-Hib di paha kanan serta harus menggunakan alat suntik yang berbeda,” tuturnya.
Diketahui, IDAI juga telah merekomendasikan jenis vaksinasi baru dan satu pembaruan dalam rangkaian imunisasi anak meliputi vaksin dengue untuk demam berdarah yang pemberiannya dimulai dari usia 6 tahun.
“Ada pula vaksin Human Papilloma Virus untuk pencegahan kanker serviks atau leher rahim bagi anak perempuan mulai usia 12 tahun serta ada pula pembaruan vaksin BCG (bacillus calmette–guérin) untuk bayi dengan masalah imunitas,” katanya.
Baca juga : KLB Polio, Kemenkes Lakukan Imunisasi Massal Pekan Depan
Sementara itu, Kementerian Kesehatan sebelumnya telah menargetkan cakupan Sub-Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio minimal bisa mencapai 95%. Jumlah itu perlu dicapai agar kekebalan komunitas (herd immunity) dari pemberian imunisasi bisa terbentuk.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine menuturkan, cakupan capaian Sub-PIN Polio putaran I dan II hingga Mei 2024 di 6 provinsi secara keseluruhan telah mencapai 98,3%.
“Imunisasi ini tujuannya bukan untuk keberhasilan program, melainkan tujuan utamanya adalah untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang berbahaya polio,” ungkapnya.
Baca juga : Imunisasi Polio di Daerah Harus Dikebut
Prima menjabarkan cakupan target pelaksanaan Sub PIN Polio di beberapa provinsi telah mencapai target. Dikatakan bahwa pemberian imunisasi polio di Provinsi Aceh pada putaran I sebesar 96,9% dan putaran II sebesar 94,7%. Sementara Provinsi Sumatera Utara pada putaran I sebesar 96,1% dan putaran II sebesar 94,8%
Sementara itu, Provinsi Jawa Jawa Barat mencatat Sub PIN Polio putaran I telah dilaksanakan sebesar 96,2% dan pada putaran II sebesar 92,3%. Data tersebut diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah yang telah mencakup 102,1% pada putaran I dan 100,1% pada putaran II.
Untuk Provinsi Jawa Timur telah melaksanakan Sub PIN Polio putaran I sebesar 106,7% dan putaran II sebesar 105,9%. Terakhir adalah Provinsi DIY (Sleman) yang telah mencakup pemberian imunisasi sebesar 103,7% pada putaran I dan 101% pada putaran II.
“Pelaksanaan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat yang terkait dengan pentingnya Sub-PIN Polio masih harus terus digencarkan khususnya pada daerah yang belum mencapai target. Selain itu, peran serta lintas sektor, terutama pemuka agama dan masyarakat juga harus dioptimalkan,” tandasnya. (Dev/Z-7)
BANYAK kasus polio yang gejalanya sangat ringan. Bahkan ada yang tidak bergejala sama sekali, sehingga seseorang tidak sadar bahwa dirinya berisiko menularkan virus tersebut ke orang lain.
Pada Hari Anak Nasional (HAN) tahun ini, fokus utama adalah melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya dan stunting.
Kementerian Kesehatan mengatakan Hari Anak Nasional (HAN) 2024 adalah momentum untuk memperkuat perlindungan terhadap anak-anak Indonesia, terutama dari stunting dan polio.
Anak berkebutuhan khusus harus terpenuhi kebutuhan dasarnya, termasuk imunisasi.
Oraganisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan kekhawatirannya atas ancaman wabah polio dan penyakit lainnya di Gaza yang dilanda perang dan krisis sistem kesehatan.
Saat ini, pelaksanaan imunisasi dosis pertama sedang berlangsung di seluruh wilayah Kalsel sejak 23 hingga 26 Juli 2024.
KETUA Tim Kerja Imunisasi, Surveilans PD3I dan KIPI Kemenkes Endang Budi Hastuti menekankan bahwa orangtua jangan takut untuk memberikan imunisasi polio kepada anak.
PIN Polio putaran kedua yang dimulai hari ini menjadi cerminan bahwa imunisasi anak Indonesia belum sukses.
DOKTER spesialis anak menyampaikan bahwa anak yang telah didiagnosis alergi susu sapi tidak boleh diberi susu kambing maupun produk turunannya.
Terbatasnya infrastruktur kesehatan di daerah terpencil, minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan anak, sampai akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas menjadi PR.
Permasalahan pemerataan pelayanan kesehatan anak di Indonesia menjadi tema utama dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ke-70 tahun ini.
Kombinasi antara penyakit tidak menular seperti obesitas dengan penyakit menular seperti DBD akan menghasilkan kombinasi risiko fatalitas tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved