Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim kemarau 2024 akan mundur di sebagian besar wilayah Indonesia. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, jika dibandingkan dengan rerata klimatologi 30 tahun terakhir, yakni periode 1991 hingga 2020, sebanyak 40% zona musim wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau yang telat.
Wilayah yang awal kemaraunya diprediksi mundur yaitu sebagian Sumatra Utara, sebagian Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, sebagian besar Kalimantan, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat, sebagian Nusa Tenggara Timur, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Barat, sebagian besar Sulawesi Tengah, Gorontalo dan sebagian Maluku.
“Jadi wilayah-wilayah tersebut diprediksi awal musim kemaraunya mundur dibandingkan rerata klimatologinya,” ucap Dwikorita dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual, Jumat (15/3).
Baca juga : Karena Keragaman Iklim, Musim Hujan Tidak Terjadi Serentak. Ini Kata BMKG
Ia menjelaskan, awal musim kemarau berkaitan erat dengan peralihan angin baratan atau angin Monsun Asia, menjadi angin timuran atau angin Monsun Australia. Adapun, BMKG memprediksi awal musim kemarau terjadi seiring aktifnya Monsun Australia pada bulan April 2024, yang akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali. Lalu wilayah Jawa, kemudian mendominasi hampir di seluruh wilayah Indonesia pada periode Mei hingga Agustus 2024.
Secara rinci, Dari total 699 zona musim atau ZOM yang ada di Indonesia, sebanyak 90 ZOM atau 13% diprediksi memasuki musim kemarau pada April 2024. Itu ada di sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, pesisir utara Jawa mulai dari Banten, Jakarta dan Jawa Barat, dan bagian pesisir Jawa Timur.
Lalu, sebanyak 133 ZOM atau 19% wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei 2024. Wilayah tersebut meliputi Jakarta, sebagian kecil Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, sebagian Jawa Timur, sebagian kecil Maluku, sebagian Papua dan Papua Selatan.
Baca juga : Suhu Bandung Dingin di Puncak Kemarau, Begini Penjelasan BMKG
Sementara itu, sebanyak 167 ZOM atau 24% wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau pada bulan Juni 2024. Wilayah tersebut meliputi sebagian besar pulau Sumatra, Banten, sebagian besar Jawa Barat, sebagian Kalimantan Barat, sebagian kecil Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tenggara, serta Maluku bagian Kepulauan Aru dan Panimbar.
Sedangkan sejumlah 113 ZOM atau 16% lainnya merupakan daerah yang memiliki musim hujan atau musim kemarau sepanjang tahun. “Jadi ada wilayah yang sepanjang tahun musim hujan terus tidak ada kemaraunya, atau wilayah yang musim kemarau terus,” imbuh Dwikorita.
Lalu, dibandingkan dengan rerata klimatologi selama 30 tahun terakhir, maka secara umum musim kemara 2024 diprediksi bersifat normal dan dia tas normal. Secara rinci, ia memaparkan ada sebanyak 359 ZOM atau 51% yang akan mengalami musim kemarau di level normal, dan di atas normal adalah sebanyak 279 ZOM atau 39,91%. Di samping itu sebanyak 60 ZOM atau 8,73% yang diprediksi akan bersifat di bawah normal.
Wilayah yang diprediksi yang mengalami sifat musim kemarau di bawah normal yaitu di sebagian kecil Aceh, sebagain kecil Sumatra Utara, sebagian kecil Riau, sebagian Kepulauan Bangka Belitung, sebagian Jawa Timur, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Sulawesi Selatan sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian NTT, Maluku Utara, sebagian Papua Barat, sebagian Papua Tengah dan sebagian Papua Selatan.
Sedangkan wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau di atas normal yaitu diprediksi akan terjadi di sebagian kecil pesisir selatan Sumatra Barat, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, sebagian besar pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian kecil Kalimatan Utara, bagian selatan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Selain itu bagian utara dari Gorontalo dan Sulawesi Utara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan sebagian Papua Selatan. (Z-11)
Musim kemarau yang panas tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada perangkat elektronik, terutama ponsel.
Hasil pendataan wilayah rawan potensi kekeringan menurut Mikron adalah Pangkalpinang, Kelurahan Bukit Merapin, Kelurahan Sriwijaya, Kelurahan Bukit Besar, Bukit Baru, Kelurahan Temberan.
Pembuatan sekat bakar penting dilakukan guna meminimalisir terjadinya kebakaran. Dengan adanya sekat bakar, saat terjadi kebakaran api tidak akan menjalar ke areal yang lebih luas.
Pengamatan cuaca pukul 05.30 WIB melihat adanya perubahan cuaca Rabu (31/7) ini, yakni potensi hujan ringan hingga sedang terjadi di sebagian besar daerah daerah di kawasan pegunungan
Dia menambahkan sumber air bersih mulai berkurang dan muncul tenggelam. Warga juga harus berbagi air bersih dari mata air dengan warga dari desa lain, yakni Desa Cipelang.
ribuan hektare sawah yang terancam kekeringan tersebar hampir seluruh wilayah. Namun paling rawan berada di 49 desa dari 6 kecamatan meliputi Sindangkerta, Saguling, Cipongkor, Cipatat
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi angin kencang yang dapat terjadi pada empat pulau di Nusa Tenggara Timur (NTT).
BMKG mengungkapkan setidaknya ada lima fenomena atmosfer yang terpantau cukup signifikan dan dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia.
DEPARTEMEN Meteorologi India (IMD) telah merilis prakiraan musim hujan monsun India mulai mundur dari barat laut pada Senin (25/9).
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan tidak akan terjadi serentak di berbagai wilayah di Indonesia.
SEDIKITNYA 49 orang tewas, sembilan di antaranya dalam reruntuhan kuil, dan puluhan lainnya dikhawatirkan hilang setelah hujan deras yang memicu banjir dan tanah longsor di India.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved