Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KENIKMATAN yang diterima suatu kaum akan hilang jika mereka melakukan kemaksiatan. Karenanya, suatu kaum harus senantiasa beriman dan beramal saleh sehingga nikmat Allah subhanahu wa ta'ala senantiasa tercurah kepada mereka. Hal itu dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Ar-Ra'd ayat 11.
Bagaimana penjelasan lebih rinci atau tafsir Surat Ar-Ra'd ayat 11 tentang hubungan kenikmatan dari Allah dan kemaksiatan manusia? Berikut pemaparan Kiai Asyari Masduki dari LDNU PC Kediri, Jawa Timur.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُغَیِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ یُغَیِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَاۤ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمࣲ سُوۤءࣰا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ
Innallaaha laa yughayyiru maa biqaumin hattaa yughayyiruu maa bi anfusihim. Wa idzaa araadallaahu biqaumin suu an fa laa maradda lah. Wa maa lahum min duunihii miw waal.
Baca juga: Tafsir An-Nisa Ayat 79 tentang Kenikmatan dan Musibah
Sesungguhnya Allah tidak mengubah kenikmatan yang ada pada suatu kaum sampai mereka mengubah sesuatu yang ada pada diri mereka dengan melakukan maksiat. Bila Allah berkehendak keburukan pada suatu kaum, tidak ada sesuatu pun yang bisa menolaknya dan mereka tidak memiliki penolong selain Allah.
Para ulama menafsirkan lafaz maa dalam ayat إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُغَیِّرُ مَا بِقَوۡمٍ dengan العافية والنعمة atau kesehatan atau kewarasan dan kenikmatan. Sedangkan lafaz maa pada ayat حَتَّىٰ یُغَیِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ dengan melakukan banyak maksiat.
Baca juga: Tafsir Al-Fatihah Ayat 5 terkait Ibadah dan Meminta Pertolongan
Jadi, makna ayat di atas ialah sesungguhnya Allah tidak mengubah kesehatan, kewarasan, dan kenikmatan yang telah Allah berikan kepada suatu kaum selama mereka tidak melakukan banyak kemaksiatan. "Ayat ini menunjukkan bahwa salah satu penyebab kenikmatan seseorang dicabut oleh Allah dan berubah menjadi musibah ialah kekufuran dan kemaksiatan," papar Asyari.
Agar kenikmatan yang Allah karuniakan tidak dicabut, manusia harus tetap dalam keimanan dan ketaatan kepada Allah. Inilah ketetapan Allah sebagai pencipta segala sesuatu.
Baca juga: Tafsir Al-Fatihah Ayat 5 terkait Ibadah dan Meminta Pertolongan
Menurur Asyari, ayat itu tidak menunjukkan bahwa iradah (kehendak) dan takdir (ketentuan) Allah itu bisa berubah. Soalnya, salah satu prinsip akidah ahlussunnah wal jamaah ialah sifat Allah seluruhnya azaliyah abadiyah (tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan serta tidak berubah) sebagaimana zat-Nya juga azali abadi.
Sifat yang haaditsah (berpermulaan dan berubah) ialah sifat makhluk. Tidak boleh Allah disifati dengan sifat makhluk.
Ayat itu terkait dengan takdir mu'allaq. Para ulama membagi takdir menjadi dua macam.
Baca juga: Tafsir Ali 'Imran 73: Bantah Bani Israil, Karunia Kenabian Milik Allah
1. Takdir mubram.
Itu merupakan takdir dalam catatan malaikat yang dikutip dari Al-Lauh Al-Mahfuzh. Hanya tercatat satu pilihan, sehingga takdir itulah yang pasti terjadi.
Takdir mubram seperti,si fulan ialah sa'id (mati husnul khatimah), si fulan syaqiy (mati suul khatimah).
Baca juga: Tafsir Shad Ayat 75-76: Iblis Tolak Sujud kepada Nabi Adam
2. Takdir mu'allaq.
Itu merupakan takdir dalam catatan malaikat yang dikutip dari Al-Lauh Al-Mahfuzh. Tercatat dua pilihan. Setiap pilihan tersebut digantungkan pada perbuatan manusia.
Contoh takdir mu'allaq.
Baca juga: Tafsir Adz-Dzariyat Ayat 47: Allah tidak Punya Tangan
a. Bila si fulan berdoa, dia akan sukses. Bila tidak berdoa, dia akan gagal.
b. Bila si fulan bersedekah, dia akan selamat dari musibah. Bila dia tidak bersedekah, dia akan tertimpa musibah.
Baca juga: Tafsir Al-Baqarah Ayat 256: Tidak Ada Paksaan dalam Agama
c. Bila si fulan bersilaturrahim, dia akan panjang umur. Jika dia tidak silaturrahim, dia mati tahun ini.
d. Jika si fulan melakukan sebab-sebab keselamatan, dia selamat. Bila tidak melakukannya, dia akan terkena bahaya, tidak akan selamat.
Baca juga: Tafsir Al-Hadid Ayat 22: Musibah sudah Tercatat di Lauh Mahfuzh
Takdir mu'allaq tidak berarti bahwa takdir Allah bisa berubah. Ini karena pada azal Allah mengetahui si fulan itu berdoa atau tidak, bersedekah atau tidak, bersilaturrahim atau tidak, melakukan sebab-sebab keselamatan atau tidak. Ini diyakini karena Allah ta'ala yang menciptakan dan menentukan perbuatan yang akan dipilih oleh manusia tersebut.
Mu'allaq di sini adalah mu'allaq dalam catatan malaikat yang bertugas melaksanakan ketentuan Allah. Ini karena malaikat tidak mengetahui yang akan dilakukan oleh manusia.
Baca juga: Tafsir Al-Maidah Ayat 64: Orang Yahudi Anggap Allah Kikir
Mu'allaq di sini bukan mu'allaq bagi Allah. Ini karena Allah telah mengetahui pada azal tentang yang akan diperbuat oleh manusia.
Hikmah keberadaan takdir mu'allaq dan dirahasiakan takdir Allah ialah manusia melakukan sebab-sebab tertentu untuk meraih sesuatu yang diinginkannya. Ini karena memang sebagian perkara diciptakan oleh Allah dengan menciptakan sebab sebelumnya
Baca juga: Tafsir Al-Fath Ayat 10: Baiat Nabi Muhammad dengan Sahabat
"Penyebab kaya ialah bekerja. Penyebab berilmu ialah belajar. Penyebab kesembuhan ialah minum obat. Penyebab keselamatan ialah berhati-hati, dan seterusnya," pungkasnya. (Z-2)
Bagaimana asbabun nuzul Surat Al-A'la, apa saja kandungan dan keutamaannya, serta teks sekaligus terjemahannya? Berikut uraiannya yang dikutip dari berbagai sumber.
Surat Al-Buruj diturunkan setelah Surat Asy-Syams di Mekah sehingga tergolong Surat Makiyah. Ia diberi nama Al-Buruj, karena merujuk pada lafaz yang terdapat pada ayat pertama dari surat ini.
Al-Insyiqaq berarti terbelah/terbagi yang diambil dari ujung ayat pertama. Surat yang terdiri atas 25 ayat ini termasuk Surat Makiyah dan diturunkan sesudah Surat Al-Infithar.
AL-MUTHAFFIFIN merupakan surat ke-83 dalam juz 30 atau juz amma yang terakhir dalam Al-Qur'an. Surat ini terdiri atas 36 ayat dan termasuk dalam golongan Surat Makiyyah.
AL-INFITHAR berada di urutan surat nomor 82 pada kitab suci Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 19 ayat dan termasuk dalam juz ke-30 atau juz amma.
Salah satu surat dalam Juz 30 Al-Qur'an ialah At-Takwir. Artinya ialah menggulung. Surat yang terdiri atas 29 ayat ini termasuk dalam golongan surat Makiyah atau turun di Mekah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved