Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SALAH satu ulama besar ahlussunnah waljamaah asyariyah ialah Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani. Keluasan ilmu dan karyanya membuat fatwanya banyak menjadi rujukan para ulama lain.
Jadi, siapakah Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani? Berikut pemaparannya.
Namanya ialah Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar atau yang lebih dikenal sebagai Ibnu Hajar al-Asqalani. Ia lahir pada 773 H di Mesir.
Baca juga: Mengenal Imam Hanafi Pendiri Mazhab Fikih Pertama
Ayahnya meninggal dunia ketika beliau masih kecil, tepatnya pada Rajab 779 H, atau saat Ibnu Hajar berusia enam tahun.
Ibnu Hajar memulai masa remaja dengan menghafal Al-Qur'an. Diceritakan, beliau memiliki hafalan yang sangat cepat. Karena itulah, pada usia sembilan tahun, beliau sudah bisa menghafal seluruh isi Al-Qur'an di bawah bimbingan Syekh Shadru ad-Din ash-Shafti.
Baca juga: Kisah Nabi Yusya, Hizqiyal, Asya'ya Mendidik Bani Israil
Berkaitan dengan masalah ini, Al-Hafizh As-Suyuthi menyatakan pada mulanya Ibnu Hajar fokus mendalami sastra dan syair (puisi). Namun, ketika telah mencapai tujuannya dalam bidang ini, sejak 794 H beliau mendalami hadis.
Beliau juga banyak mendengar hadis dari berbagai sumber dan mengembara sampai ke Irak. Di negeri tersebut, beliau berguru kepada Syekh Al-Hafizh Abu Al-Fadhl Al-'Iraqi. Tidak mengherankan Ibnu Hajar sangat unggul dalam ilmu hadis dan begitu menonjol dalam seluruh cabang keilmuan ini.
Baca juga: Liku-Liku Perjalanan Imam Syafii Menuntut Ilmu
Menginjak dewasa, Ibnu Hajar berguru kepada asy-Syams bin al-Qatthan, salah seorang penasihatnya dalam ilmu fikih dan bahasa Arab. Selain itu, beliau juga berguru ilmu fikih kepada Al-Ibnasi, Balyaqni, dan Ibnu Mulqin.
Pengembaraan keilmuan Ibnu Hajar hingga ke negeri-negeri yang termasuk wilayah Syam, Mesir, dan Hijaz. Terbukti, beliau pernah mengembara ke Mekah, Damaskus, Yaman, Alexandria, dan Qush (Afganistan) pada 793 H, sampai ke daerah Sha'id di Mesir. Selain itu, beliau mempelajari hadis dari ulama-ulama Haramain (Mekah dan Madinah), Baitul Maqdis (Palestina), Nablus (Palestina), Ramlah, dan Gaza.
Ibnu Hajar tercatat memiliki banyak guru yang menjadi kepercayaannya untuk memecahkan berbagai permasalahan. Jumlah gurunya bahkan tak tertandingi oleh siapa pun pada zamannya. Ibnu Hajar memiliki sekitar 500 guru dalam berbagai cabang ilmu, khususnya fikih dan hadis.
Baca juga: Dua Ulama Khatamkan Al-Qur'an Ribuan Kali dalam Hidup
Semua gurunya sangat menguasai sekaligus paling menonjol dalam bidang masing-masing. Berikut daftar beberapa gurunya.
1. Imam Afifuddin an-Naisaburi.
2. Imam al-Makki (wafat 790 H).
3. Imam Muhammad bin Abdullah bin Zhahirah al-Makki (wafat 717 H).
4. Imam Abul Hasan Al-Haitsami (wafat 807 H).
5. Imam Ibnul Mulaqqin (wafat 804 H).
6. Imam Sirajuddin Al-Bulqini (wafat 805 H) ialah ulama yang Ibnu Hajar mengajar dan berfatwa.
7. Imam Abul-Fadhl Al-'Iraqi (wafat 806 H) ialah yang menjuluki Ibnu Hajar dengan sebutan Al-Hafizh dan bersaksi bahwa Ibnu Hajar ialah muridnya yang paling pandai dalam bidang hadis.
8. Imam Abdurrahim bin Razin. Kepada ulama ini, Ibnu Hajar mendengarkan dan belajar kitab Shahih Al-Bukhari.
9. Imam Al-'Izz bin Jama'ah.
10. Imam Al-Hummam Al-Khawarizmi.
11. Imam Al-Fairuz Abadi yang menyusun kitab Al-Qamus Al-Muhith. Kepada ulama ini, Ibnu Hajar belajar ilmu bahasa Arab.
12. Imam Ahmad bin Abdurrahman.
13. Imam Al-Burhan At-Tanukhi ialah yang mengajari Ibnu Hajar tentang Qira'ah Sab'ah (tujuh macam bacaan Al-Qur'an).
Karena itulah Ibnu Hajar sangat menguasai berbagai disiplin ilmu. Beliau mengutip (hadits-hadits) Abu Al-'Abbas dari Ahmad bin Umar al-Baghdadi. Sementara itu, hadis-hadis Abu Hurairah, beliau kutip dari Abdurrahman bin Al-Hafizh Adz-Dzahabi dan Ibnu 'Irfah Al-Maliki. Sedangkan dari kalangan wanita, beliau mengutip dari Maryam binti al-Adzra'i.
Ibnu Hajar juga mendokumentasikan daftar guru-gurunya yang paling menonjol berikut biografi mereka dalam karyanya yang berjudul Al-Majma' Al-Mu'assan bi Al-Mu'jam Al-Mufahras. Dalam kitab tersebut, beliau menuliskan biografi guru-gurunya secara alfabetis dan membaginya menjadi dua bagian.
Bagian pertama, mereka pernah mengajarinya ilmu hadis secara riwayat (riwayah). Bagian kedua, Ibnu Hajar juga mengklasifikasikan guru-gurunya berdasarkan ketinggian derajat mereka menjadi lima kelompok.
Dalam setiap biografi masing-masing guru, beliau menuliskan hadis yang pernah didengar dari guru tersebut. Karenanya, sistematika penyusunan kitab itu berdasarkan hadis-hadis yang didengar dari mereka.
Berikut beberapa murid yang pernah berguru kepada Ibnu Hajar.
1. Imam Ash-Shakhawi (wafat 902 H) ialah murid khusus Ibnu Hajar sekaligus orang yang menyebarkan ilmu-ilmunya.
2. Imam Al-Biqa'i (wafat 885 H).
3. Imam Zakaria Al-Anshari (wafat 926 H).
4. Imam Ibnu Qadhi Syuhbah (wafat 874 H).
5. Imam Ibnu Taghri Bardi (wafat 874 H).
6. Imam Ibnu Fahd al-Makki (wafat 871 H).
7. Jamal Ibrahim Al-Qalqasyandi.
8. Syaraf Abdul Haqq as-Sinbathi.
Selain mengajar, Ibnu Hajar menjalani beberapa amanah.
1. Seorang mufti (pemberi fatwa) dan pendikte hadis.
2. Memegang tampuk kepemimpinan dewan guru di berbagai sekolah, seperti Al-Hasaniyyah, Al-Manshuriyyah, Al-Baibarsiyyah, dan lain-lain.
3. Pemimpin di lembaga pengadilan.
4. Mengarang berbagai kitab yang sangat bermanfaat dan tak tertandingi dalam bidang Ulumul Hadits.
5. Mendiktekan hadis yang beliau hafal di lebih dari 1.000 majelis.
Di negeri Sultan Bilbars, beliau mendiktekan hadis selama kurang lebih 20 tahun. Pada masa pemerintahan Sultan Al-Mua'ayyad (Mesir), beliau berkali-kali diminta menjadi hakim di negeri-negeri Syam, tetapi selalu menolak. Namun, pada akhirnya beliau menjadi hakim di Mesir pada masa pemerintahan Sultan al-Asyraf.
Di antara karakter keilmuan yang dianugerahkan Allah kepada Ibnu Hajar ialah kemampuan membacanya yang sangat cepat. Bahkan, beliau sanggup membaca kitab Shahih Al-Bukhari hanya dalam 10 kali duduk yang dilakukan setiap setelah salat zuhur hingga asar. Sementara kitab Shahih Muslim beliau baca dalam lima kali duduk selama dua setengah hari.
Yang lebih menarik, beliau sanggup membaca kitab Al-Mu'jam Ash-Shaghir karya Imam Thabrani hanya dalam sekali waktu, yaitu antara salat zuhur hingga asar. Selama sekitar dua bulan lebih bermukim di Damaskus, Suriah, beliau sanggup membaca hampir 100 kitab sekaligus memberi catatan-catatan singkat terhadap kitab-kitab tersebut.
1. Fathul-Bari Syarah Shahih Al-Bukhari mulai ditulis pada 817 H dan selesai pada hari pertama Rajab tahun 842 H. Kitab ini telah dicetak berkali-kali.
2. Al-Ishabah fi Tamyiz Ash-Shahabah dicetak di Dar ash-Shadir, Beirut, Libanon.
3. Lisan Al-Mizan dicetak di percetakan Darul Ma'arif, Haidar 'Abad, Deccan, India.
4. Tahzdib At-Tahzdib dicetak di India dan Mesir.
5. Taqrib At-Tahzdib dicetak di Darul Kitab Al-'Arabi, Mesir, pada 1380 H.
6. Ta'jil Al-Manfa'ah bi Zawa'id Rijali Al-A'immah Al-Arba'ah dicetak di Darul Mahasin, Kairo, Mesir, tahun 1386 H.
7. Ad-Durar Al-Kaminah fi A'yan Al-Mi'ah Ats-Tsaminah dicetak di Dar al-Jil, Beirut, Libanon.
8. Syarh Nakhbati Al-Fikr dicetak berkali-kali.
9. Al-Ihtifal bi Bayani Ahwali Ar-Rijal.
10. Nuzhatul Al-Albab fi Al-Alqab.
11. Tabshir Al-Muntabih bi Tahriri Al-Musytabih.
12. Tuhfatu Ahli Al-Hadits 'an Syuyukhi Al-Hadits.
13. Ta'rifu Ahli At-Taqdis bi Maratib Al-Maushufin bi At-Taqlis.
14. Al-Qaul Al-Musaddad fi Adz-Dzibbi 'an Al-Musnad li Al-Imam Ahmad dicetak di Maktabah Ibnu Taimiyah, Mesir.
15. Ta'liq At-Ta'liq.
16. At-Tasywiq ila Washli At-Ta'liq.
17. Nukat Ibni Ash-Shalah.
18. Al-Muqtarib fi Al-Mudhtharib.
19. Zawa'id Al-Masanid Ats-Tsamaniyah.
20. Takhrij Ahadits Ar-Rafi'i wa Al-Hidayah wa Al-Kassyaf.
21. Tasdid al-Qaus ala Musnad Al-Firdaus (manuskrip).
Pada akhir hayatnya, Ibnu Hajar menderita sakit, tepatnya pada 852 H. Hingga akhirnya ia meninggal karena penyakit tersebut setelah salat isya di penghujung malam Sabtu 28 Zulhijah 852 H. Di antara yang ikut serta mengangkat jenazahnya ialah sang Sultan dan para pengiringnya.
Beliau dimakamkan di daerah Bani al-Kharubi, dekat pusara Imam al-Laits bin Sa'd, yang berada di depan Masjid Ad-Dailami. Semoga Allah menganugerahkan rahmat yang luas serta pahala yang melimpah kepadanya dari setiap ilmu beliau yang berguna bagi agama Islam dan umatnya. (Z-2)
Menurut Haji Syafruddin, bahwa tujuan dari pendidikan kader ulama adalah untuk memantapkan wawasan wasatiyyat Islam, memperdalam bahasa arab dan khazanah ilmu-ilmu keIslaman lainnya.
Persantren juga disebut sebagai upaya untuk melakukan regenerasi terhadap ulama-ulama. Sebab, ilmu harus diturunkan agar terus dimanfaatkan.
Menurut Imam Nawawi, lanjut Abdurrachman, mayoritas para ulama berkata dengan pendapat tersebut.
Rasulullah sendiri pernah merasa sedih saat berdakwah, karena banyak masyarakat Arab saat itu belum mau beriman. Sehingga, Rasul pun sampai mendapatkan teguran dari Allah SWT.
Syarifah Salma Bin Hasyim Yahya, istri dari Habib Luthfi Bin Yahya, meninggal dunia di RS Budi Rahayu, Pekalongan, Jawa Tengah, pada Selasa (28/5) pukul 21.55 WIB.
Para ulama salaf pun tidak main-main mengamalkan khatam Al-Qur'an pada bulan suci ini. Bagaimana mereka melakukan khatam Al-Qur'an pada Ramadan?
TERDAPAT kisah menarik yang disebutkan dalam kitab Khazinatul Asrar halaman 112. Ini terkait tujuh huruf hijaiyah yang tidak terdapat dalam Surat Al-Fatihah. Apa hikmah di balik itu?
DAHULU kala di kota Arroy--kota kuno di Iran utara--terdapat qadhi (hakim) yang kaya-raya. Suatu hari, kebetulan hari Asyura, datanglah seorang fakir.
Dikutip dari Tafsir Al-Qur'anil 'Adhim, Ibnu Katsir Addimasyqi juz 4 halaman 57 mengisahkan tentang pembunuh 99 orang.
Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi menyampaikan asal usul, sejarah, atau hikmah di balik salat lima waktu yang difardukan bagi umat Islam. Sejarah itu terkait para nabi.
Berikut lima sajak Rabiah Al-Adawiyah di tulisan kedua ini.
Dalam suatu desa kecil ada seorang nenek penjahit yang kaya. Meskipun sudah tua, ia tetap semangat menjahit pakaian para pelanggannya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved