Mengejar Eksistensi hingga Profesi

“KAMU kalau sudah besar nanti, ingin jadi apa?” Perta­nyaan itu memang terdengar klasik. Namun, seiring dengan perubahan zaman, nyatanya kita bisa mendapati jawaban yang tak lagi biasa.

Cita-cita untuk menjadi dokter, astronaut, polisi, dan sebagainya memang masih ada. Akan tetapi, anak-anak zaman sekarang terpapar informasi lebih banyak dan membuat mereka memiliki opsi yang kian variatif.

Itu seperti Joceline, Angie, dan Gaby yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka sudah tahu ada profesi yang menjanjikan dari membuat video daring dan mengunggahnya lewat kanal Youtube. Kami menjumpai ketiga anak itu April tahun lalu ketika Youtube Broadcast Box mulai diperkenalkan di berbagai kota, termasuk di Jakarta.

Nah, Joceline, Angie, dan Gaby yang sudah memiliki kanal Youtube sendiri memilih merekam aksi komedi. Kisahnya soal pemalakan yang kerap terjadi di sekolah. Dengan penuh percaya diri, mereka datang untuk merekam video tersebut. “Aku pengin jadi artis,” aku Gaby.

Setelah merekam aksi di dalam Broadcast Box, mereka bisa melihat proses pengeditan video, membawa file-nya, atau langsung unggah ke kanalnya sendiri. Prosesnya memang sangat mudah, jelas menggambarkan betapa kian mudahnya proses menjadi pembuat konten video daring.

Tren merekam video daring kini sudah makin bergeser. Hal itu tidak hanya menjadi ajang mencari eksistensi, tetapi juga sebagai profesi. Tak peduli usia dan tak melulu harus tinggal di Ibu Kota, kesempatan terbuka bagi siapa saja, di mana saja, bahkan di desa sekalipun.

Dalam jeda kali ini, Media Indonesia akan mengulas besarnya peluang profesi pembuat video daring. Seorang pembuat konten video yang sukses bisa mendapat penghasilan setara CEO dari perusahaan alias puluhan juta rupiah per bulan kendati tanpa perlu memiliki perusahaan ataupun kantor. Ada pula kiat mendapatkan banyak subscriber dan membuka peluang mendapatkan lebih banyak penghasilan. (Her/M-2)