Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
GURU Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan lima langkah penanganan demam berdarah dengue di masyarakat, salah satunya menerapkan pendekatan 3M plus.
"Mencegah nyamuk hidup dan berkembang biak, antara lain dengan pendekatan 3M plus," ujar Direktur Pascasarjana Universitas YARSI itu, Senin (6/2).
Pendekatan 3M yakni menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air dan tempat penampungan air lainnya; menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air; serta memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
Baca juga: Kemenkes Ungkap Ada Korelasi DBD dengan El Nino
Sementara plus-nya yakni upaya pencegahan tambahan seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat antinyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup, dan menanam tanaman pengusir nyamuk.
Prof Tjandra, yang pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, juga menyarankan masyarakat melindungi diri agar tidak tergigit nyamuk penular demam berdarah misalnya dengan mengoleskan obat antinyamuk.
"Dibutuhkan keterlibatan aktif masyarakat, termasuk penyuluhan dan pendidikan ke masyarakat secara terus menerus," kata dia.
Menurut dia, surveilan virus dengue dan surveilan nyamuk (vector) juga perlu dilakukan secara ketat.
Hal itu, sambung dia, seyogyanya dilakukan bersama surveilan klinik dan lingkungan sehingga terbentuk surveilan terintegrasi.
Di sisi lain, imbuh Prof Tjandra, pelayanan kesehatan harus berjalan baik sehingga rumah sakit menjadi penuh ketika kasus sedang tinggi dan pasien tidak tertolong, tidak terjadi.
"Selain lima hal itu, berbagai teknologi baru juga terus dikembangkan, misalnya vaksin dengue, atau pembiakan nyamuk Wolbachia," tutur dia.
Prof Tjandra mengatakan, pemerintah perlu memberi prioritas pada pengendalian dengue. Dia, sewaktu menjabat sebagai Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, memelopori pencetusan ASEAN Dengue Day pada 15 Juni 2011.
"Ketika itu belum ada peringatan dengue di tingkat regional dan dunia," ungkapnya.
Sebelumnya, pemerintah berkomitmen melawan demam berdarah dengan target mencapai nol kematian akibat demam dengue (Zero Dengue Death) pada 2030.
Pemerintah, melalui Strategi Nasional Penanggulangan Demam Berdarah Dengue 2021-2025, menargetkan angka kasus demam berdarah yaitu kurang dari 49 per 100.000 penduduk pada 2024. Angka tersebut akan menuju nol kasus kematian pada 2030. (Ant/OL-1)
Ada 1.009 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, di sepanjang Januari hingga akhir Juli 2024. Dari jumlah itu, angka kematian mencapai 31 orang.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia.
Memasuki musim pancaroba, daya tahan tubuh anak kerap menurun. Hal ini perlu diwaspadai karena pancaroba identik dengan penyakit demam berdarah.
Namun, kabar baiknya ialah ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesehatan otak dan mencegah demensia.
KEBIASAAN anak sekarang yang sering mengonsumsi makanan dan minuman manis hingga sebabkan penyakit ginjal menjadi perhatian serius pemerintah.
Salah satu upaya mengatasi kanker yaitu PET sebagai pemeriksaan noninvasif yang membantu menggambarkan fungsi metabolisme molekuler tubuh pasien secara tiga dimensi.
Pada sesi talkshow ini, dibahas mengenai pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya DBD di Indonesia bahwa kasus DBD masih menjadi masalah kesehatan yang serius.
Tidak hanya gejala umum, DBD juga bisa menunjukkan gejala yang tidak biasa. Gejala-gejala ini penting untuk diwaspadai agar pasien bisa segera mendapatkan penanganan medis yang tepat.
Pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien DBD adalah untuk mengatasi gejala, seperti pemberian cairan infus, atau pemberian penghilang nyeri (pain killer).
Ada tiga fase DBD, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase recovery. Jadi, masyarakat harus memahami kapan dia bisa kelola di rumah dan kapan harus dibawa berobat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved