Enthok Slenget Kang Tanir

DUSUN Pules berada di sebelah utara Kota Yogyakarta. Pules berada di lereng Gunung Merapi, atau sekitar 15 km dari Kota Yogyakarta. Dari Monumen Jogja Kembali ke arah utara, sekitar 45 menit. Di dusun itu ada warung khusus olah­an entok di Dusun Pules Lor, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Seusai silaturahim Lebaran, warung Kang Tanir digunakan untuk merayakan Lebaran bersama keluarga dan sanak famili. Di tangan Kang Tanir, daging entok diolah dengan nama olahannya enthok slenget. Slenget sendiri berarti seperti tersengat benda panas.

Padahal, entok atau mentok atau itik manila, atau dalam bahasa Inggris disebut muscovy duck atau barbary duck ialah sejenis unggas yang dikenal tahan penyakit. Unggas yang satu ini dikatakan takad atau tidak mudah mati.

Terbukti, jika menyembelih dan tidak dimasukkan ke kandang atau kurungan, binatang itu sering tiba-tiba terbang jauh sebelum benar-benar mati. Tekstur dagingnya yang dikenal alot dan kenyal menjadikan orang enggan mengonsumsi daging entok. Namun, tidak demikian hasilnya di tangan Kang Tanir.

Di warung yang tidak pernah sepi itu, Kang Tanir memasak daging entok untuk para pembelinya dengan beberapa tungku dengan nyala api kayu. Masakan yang disebut slenget itu sekilas mirip dengan semur, berkuah tanpa santan, dan sedikit gelap dan terasa manis pedas.

Pedasnya sesuai dengan selera kita masing-masing. "Memang khasnya seperti ini, pedas, panas, dan dagingnya sedikit kenyal," kata Gisky, pengunjung asal Banguntapan, Bantul, yang datang bersama teman-teman semasa kuliahnya dahulu.

Ia mengaku selalu datang ke warung Kang Tanir ketika menyuguh rekan-rekannya baik rekan kuliah dahulu maupun rekan kerjanya dari pusat maupun cabang kota lain.

Kang Tanir mengaku dalam sehari memotong tidak kurang dari 15 ekor pada hari-hari biasa. Pada libur Lebaran ini permintaan meningkat hingga 20 atau 25 ekor. "Yang datang banyak yang berombongan," kata Kang Tanir.

Meski permintaan meningkat, Kang Tanir tidak menaikkan harga. Banderolnya cukup Rp20 ribu per porsi belum termasuk minum.

Dalam sehari, Kang Tanir dapat menghabiskan 12 hingga 15 entok. Jangan kira daging entok sebanyak itu akan habis dalam waktu seharian.
Warung itu buka dari pukul 16.30 WIB. Selang 3 jam saja, terkadang tulisan tanda habis telah dipasang. Jadi, bila memang ingin mencoba nikmatnya slengetan entok ini, lebih baik datang saat warung baru buka.

Jika tidak, mungkin kita akan kehabisan. Agar tidak kehabisan, jangan terlalu malam. Meski buka pukul 16.30 WIB, warung Kang Tanir biasanya tutup pukul 20.00 karena dagangan habis. (Agus Utantoro/M-2)