Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Di Indonesia, stunting masih menjadi perhatian karena berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Indonesia menargetkan penurunan angka prevalensi stunting menjadi 14% di tahun 2024.
Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita dipicu oleh banyak hal, salah satunya adalah kurangnya kecukupan gizi anak pada1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Intervensi gizi terhadap anak yang memiliki risiko stunting, seperti bayi prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) menjadi penting dilakukan.
Baca juga : Rumah Sakit Berperan Penting dalam Percepat Turunkan Prevalensi Stunting
Umumnya stunting terjadi di 1000 HPK yaitu, 20% stunting terjadi sejak saat kelahiran, 20% terjadi pada 6 bulan pertama, 50% terjadi pada 6-24 bulan, 10% terjadi pada tahun ketiga. 20% stunting yang terjadi sejak saat kelahiran dialami oleh bayi prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR).
Pemberian gizi pada ibu hamil dan perawatan khusus pada bayi baru lahir dengan gejala stunting sangat krusial karena kekurangan gizi pada periode tersebut berdampak permanen dan sulit diperbaiki.
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, dr. Erna Mulati, M.Sc, CMFM mengatakan, “Tahun 2021, berdasarkan Survey Status Gizi Balita Indonesia angka prevalensi stunting turun menjadi 24,4% artinya hampir 1 dari 4 balita Indonesia mengalami stunting."
Baca juga : Protein Hewani Dinilai Paling Efektif Turunkan Risiko Stunting
"Meskipun terjadi penurunan tapi angka tersebut masih jauh dari target pemerintah yaitu 14% ditahun 2024 sehingga perlu dilakukan berbagai upaya pencegahan stunting,” kata dr.Erna.
Lebih lanjut dr. Erna Mulati, M.Sc, CMFM menjelaskan, “Penurunan stunting merupakan 1 dari 9 program kesehatan prioritas nasional. Upaya mencegah stunting dilakukan melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif. "
"Intervensi spesifik utamanya pada 1000 Hari Pertama Kehidupan bahkan jauh sebelum ibu hamil. Sedangkan intervensi sensitif dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan yang mendukung penurunan stunting dan dikoordinasikan oleh BKKBN,” jelasnya.
Baca juga : Multi-Faktorial, Solusi Stunting Bukan Sekadar Nutrisi
Terdapat beberapa intervensi spesifik untuk mencegah stunting,antara lain:
(1) Tablet tambah darah bagi remaja putri (rematri) 12-17 tahun. (2) Pemeriksaan Hb bagi rematri kelas 7 dan 10.
(3) Pemeriksaan kehamilan sesuai standar menjadi 6x. (4) Tablet tambah darah bagi ibu hamil minimal 90 tablet selama kehamilan. (
Baca juga : Prof. Dr. dr. Aman: Stunting Anak Bukan Sekadar Masalah Nutrisi
5) Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dengan kurang energi kronis. (6) ASI eksklusif. (7) Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita.
(8) Pemberian makanan tambahan bagi balita gizi kurang. (9) Tatalaksana balita gizi buruk. (10) Imunisasi dasar lengkap bagi seluruh balita.
Dokter Anak Konsultan Neonatologi, Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp. A(K) menjelaskan, “Bayi dengan kelahiran prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masuk ke dalam bayi yang berisiko tinggi mengalami stunting."
Baca juga : PTPN IV Regional I Dukung Program Pengentasan Stunting di Sumut
"Indonesia menempati peringkat ke–5 tertinggi angka kelahiran prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Dari 100 bayi yang lahir, terdapat 10 bayi lahir secara prematur dan 7 bayi dengan kondisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)," jelasnya.
Berdasarkan penelitian di 137 negara berkembang, 35% kasus stunting disebabkan oleh kelahiran prematur dan 20% kasus stunting di Indonesia disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah.
"Bayi lahir prematur berisiko untuk mengalami developmental delay, gangguan kognitif, kesulitan belajar dan gangguan perilaku. Oleh karena itu penting untuk melakukan skrining perkembangan pada usia 9,18, dan 30 bulan,” tutur Prof .Rinawati.
Baca juga : Dokteroid Jadi Fenomena, IDI Minta Masyarakat Bantu Perangi Oknum Dokter Gadungan
Lebih lanjut Prof. Rinawati Rohsiswatmo, Sp. A(K) memaparkan, “Cara mencegah kelahiran prematur dan BBLR bisa dengan mempersiapkan kehamilan yang sehat dengan melakukan pemeriksaan antenatal rutin dan persiapan pra-nikah. Nutrisi dan kesehatan ibu selama hamil penting untuk mencegah kelahiran prematur."
Namun, jika bayi sudah terlahir prematur tenaga medis maupun fasilitas kesehatan harus dapat memberikan pertolongan awal dan selanjutnya melakukan perawatan bayi prematur secara baik.
"Pemberian ASI eksklusif juga sangat penting. Jika bayi sudah stunting maka perlu dilakukan tata laksana gizi di rumah sakit dengan pemberian PKMK (Pangan Olahan untuk Kondisi Medis Khusus) makanan khusus atau dengan pemberian nutrisi parenteral,” papar Prof,.Rinawati.
Direktur PT Fresenius Kabi Indonesia, Herlina Harjono menyatakan,“Fresenius Kabi terus berkomitmen untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat Indonesia, dalam hal ini mendukung pemerintah untuk menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia dengan menyediakan solusi nutrisi parenteral agar nutrisi bayi prematur atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) tercukupi."
"Melalui kegiatan edukasi ini, kami berharap masyarakat Indonesia dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi pada bayi di 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) dan dapat melakukan pencegahan dan penanganan stunting dengan baik,” terangan Herlina. (Nik/OL-09)
Pada dasarnya setiap daerah tidak memiliki masalah gizi yang sama. Mayoritas yang muncul adalah soal pola asuh.
Kolaborasi lintas sektor ini bertujuan untuk turut mendukung program penurunan angka stunting yang diusung oleh Pemerintah Indonesia.
Beberapa anak dari suku Yanomami menderita pneumonia, sementara anak yang lainnya terkena malaria. Beberapa anak bahkan mengalami gigitan ular. Mereka semua kekurangan makan.
Selain kesehatan, Minatul menekan pentingnya peran keberagamaan dalam mempersiapkan pernikahan dan kehamilan, dan pada akhirnya dalam melawan stunting.
orangtua seharusnya memiliki prioritas agar anak memperoleh nutrisi optimal untuk tumbuh kembangnya.Sejalan dengan Hari Pangan Sedunia 2022,
Kepala BKKBN Dr. (HC) Hasto Wardoyo, SpOG (K) mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Sumenep dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting.
ORANG yang mengalami kecanduan judi online bisa diberikan tata laksana awal secara komprehensif dan pencegahan untuk kekambuhannya.
Saat ini jumlah dokter yang ada di Sumbar baru berjumlah 4.897 orang, sementara berdasarkan data BPS Tahun 2023, jumlah penduduk Sumbar sebanyak 5.757.205 jiwa.
"Kita juga tidak berani mengatakan itu penyebab kematian, tapi juga tidak bisa bilang bukan karena itu."
AIPKI turut mengambil sikap mengenai pemberhentian Dekan Fakultas Kedokteran Unair Prof. Budi Santoso. Para dekan FK yang bernaung di bawah AIPKI menyesalkan keputusan itu.
PEMERINTAH Korea Selatan mengeluarkan perintah kembali bekerja bagi para dokter pada Selasa (18/6).
Jumlah mahasiswa baru yang diterima UGM lewat jalur SNBT sebanyak 2.830 orang yang merupakan hasil seleksi dari jumlah pendaftar yang mencapai 91.926 orang peserta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved