Penguatan Sistem Tanggap Bencana Jadi Kunci

PENGUATAN sistem layanan tanggap bencana dianggap menjadi kunci untuk menekan jumlah korban pascabencana. Ketersediaan rumah sakit serta tenaga medis yang merata menjadi hal pokok yang harus terus dikembangkan, tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga berbagai pihak, termasuk komunitas.

"Dengan kesiapsiagaan yang berbasis rumah sakit, kesiapan semua pihak bisa dikuatkan dalam menghadapi bencana," ungkap Ketua PP Muhammadiyah, Hajriyanto Y Thohari, dalam peluncuran Gerakan Rumah Sakit (RS) Aman di Kawasan Timur Indonesia, di Kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, kemarin.

Hajriyanto mengatakan upaya penguatan salah satunya juga harus dilakukan masyarakat. Edukasi bencana harus dilakukan, mulai langkah preventif hingga rehabilitasi pascabencana. "Harus dilakukan lintas lembaga. Tidak menutup juga dengan kemitraan internasional," ujarnya.

Head of Department of Fore-ign Affairs and Trade Australia, Natalie, mengatakan kerja sama internasional dalam hal tanggap bencana menjadi hal yang sering dilakukan negara-negara di dunia. Peningkatan kualitas dan fasilitas RS menjadi program utama berbagai organisasi di dunia.

"Rumah sakit jadi ujung tombak ketika terjadi bencana. Untuk itu mengapa kerja sama kami lakukan untuk peningkatan mutu rumah sakit. Tidak hanya fasilitasnya, tetapi juga tindakan yang harus dilakukan setiap unsur RS ketika terjadi bencana melalui berbagai simulasi," ungkapnya.

Kasubdit Perencana Siaga Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Eny Supartini, mengatakan program pengurangan indeks risiko bencana merupakan target jangka menengah dan panjang nasional berbagai instansi termasuk BNPB. Karena itu, upaya penguatan secara preventif merupakan hal yang harus terus dilakukan.

Saat ini, Muhammadiyah memiliki 105 rumah sakit yang tersebar di seluruh Indonesia. Direncanakan, secara bertahap akan digelar pelatihan kebencanaan berdasarkan modul bencana yang disusun dengan berbagai pihak. (Pro/H-2)