Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PERUBAHAN iklim berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat termasuk mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem wilayah pesisir.
Kondisi ini juga mendorong banyak pelaku usaha untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan. Perusahaan tidak hanya mengejar profit, tapi juga menjalankan bisnis yang ramah lingkungan (planet) dan memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat (people).
Lebih dari itu, urgensi bisnis berkelanjutan telah menjadi sebuah kebutuhan perusahaan di masa depan.
Baca juga : Dukung Keberlanjutan, AEON Mall BSD City Gelar 'Aksi Bersama untuk SDGs'
Berbagai pendekatan kemudian digunakan dalam pelaksanaannya, di antaranya Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Environment, Social, and Governance (ESG).
Implementasinya diharapkan dapat menghadirkan dampak positif di wilayah operasional perusahaan, sekaligus mampu menjadi sarana hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan pemerintah.
Hal ini merupakan sebuah langkah bagi korporasi untuk bisa menjalankan bisnisnya dengan baik, sekaligus menghadirkan inklusi sosial ketika perusahaan dan masyarakat di sekitarnya bisa berjalan dan maju bersama.
Baca juga : Cegah Perubahan Iklim, Tripatra Tanam 50 Ribu Pohon Mangrove dan Terestrial
Menanggapi perubahan iklim serta kaitannya dengan operasi bisnis berkelanjutan yang dilakukan perusahaan, tokoh pemerhati lingkungan, Dr Alexander Sonny Keraf, menyampaikan, isu yang berkembang saat ini bukan hanya perubahan iklim, tapi juga dampak lingkungan dari aktivitas ekonomi sejak revolusi industri.
Pasalnya, sejak revolusi industri terjadi, sebagian besar industri menggunakan energi fosil sebagai penggerak operasi perusahaan.
Bagi mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup di era Presiden KH Abdurahman Wahid ini, ada empat imbas dari revolusi industri yakni berupa pencemaran baik udara, air, lahan, lalu kerusakan lingkungan seperti hutan hingga kerusakan lapisan ozon.
Baca juga : Schneider Electric kampanyekan Perubahan Iklim Lewat Green Heroes for Life
“Ketiga adalah kepunahan aneka ragam hayati baik flora dan fauna yang merupakan sumber pangan dan obat-obatan sekaligus rantai kehidupan," Sonny dalam keterangan, Minggu (29/5).
"Barulah berikutnya yang keempat kita sebut sebagai pemanasan global dan perubahan iklim dengan dampaknya yang dahsyat termasuk berkembang biaknya penyakit lama maupun penyakit baru,” kata lulusan jurusan filsafat Universitas Leuven Belgia ini.
Salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh para pelaku usaha, menurut Sonny, adalah dilakukannya konsep ekonomi sirkular.
Baca juga : Berbisnis Juga Perlu Jaga Kelestarian Lingkungan dan Sosial
Ekonomi sirkular merupakan model industri baru yang berfokus pada reducing, reusing, dan recycling yang mengarah pada pengurangan konsumsi sumber daya primer dan produksi limbah.
“Saat ini dunia usaha menyadari pentingnya tanggung jawab yang berkelanjutan bagi keberlangsungan komunitas dan lingkungan. Sementara konsumen secara global juga mulai sadar dan khawatir dengan krisis bumi dan krisis iklim, yang membuat mereka semakin menuntut produk dan model bisnis yang ramah lingkungan,” kata Sonny.
Kesadaran secara global ini juga berujung pada penerapan berbagai kebijakan yang memaksa dunia usaha untuk berubah ke arah penerapan bisnis hijau, lewat penerapan pajak karbon.
Baca juga : Respons Perubahan Iklim, CKB Group Hadirkan Program CSR 'Cinta Kepada Bumi'
“Itulah yang menyebabkan kenapa sekarang banyak perusahaan tak hanya sekedar gagah-gagahan, tapi juga serius mengimplementasikan berbagai kebijakan dan mekanisme serta model produksi yang lebih hijau,” imbuhnya.
Kendati ia menyebut model ekonomi sirkular sesungguhnya belum sepenuhnya diterapkan di Indonesia, tapi ia yakin mau tidak mau Indonesia akan mengimplementasikan ekonomi hijau dan ekonomi sirkular.
Kelak seluruh biaya terkait sumber daya alam dan biaya pengelolaan limbah akan dikalkulasi dan diinternalisasi ke dalam akuntansi keuangan perusahaan.
Baca juga : PPATK dan BCA Rehabilitasi Lahan Konservasi Orangutan di Kaltim
Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi limbah dan harus lebih efisien dan bertanggung jawab dalam penggunaan sumber daya alam.
Salah satu contoh di ekonomi sirkular yang berkembang, lanjut Sonny, adalah penerapan extended producer responsibility, atau tanggung jawab produsen yang lebih luas, khususnya menyangkut sampah atau limbah.
Selama ini telah terjadi salah kaprah karena menganggap sampah merupakan tanggung jawab konsumen. Sehingga masyarakat konsumen lah yang didesak untuk memilah, mengumpulkan, dan membuang sampah di tempatnya.
Baca juga : Sukses Kelola Hutan Berkelanjutan, Perhutani Raih BUMN Awards 2022
“Kita lupa bahwa sampah itu sumbernya dari produsen juga, khususnya sampah industri atau sampah kebutuhan konsumsi, seperti botol dan kotak minuman kemasan," jelasnya.
"Maka dalam ekonomi sirkular, ada kewajiban produsen untuk mengelola sampahnya sejak awal, yaitu saat mendesain atau merancang barang yang akan diproduksi. Kalau dia sudah merancangnya sejak awal, maka ia akan memilih bahan baku kemasan yang tidak akan menimbulkan sampah," ucap Sonny.
"Atau mereka akan bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali sampah plastik atau kardus yang menjadi sisa-sisa dari produksinya,” kata Sonny.
Baca juga : Gandeng Tiga SMKN Pertanian, FIF Group Tanam 1.437 Pohon
Langkah tersebut menurutnya juga membutuhkan kolaborasi berbagai pihak termasuk stake holder dan masyarakat khususnya konsumen, agar memiliki kesadaran untuk ikut berpartisipasi dengan cara memilah sampah sesuai dengan pengelompokannya, sehingga membantu memudahkan proses daur ulang.
Melihat kepedulian didukung pengetahuan dan pengalaman mendalam terhadap lingkungan, Sonny didapuk menjadi Ketua Dewan Juri ajang Indonesia Green & Sustainable Companies Award (IGSCA) 2022 yang diselenggarakan majalah SWA dan SWAnetwork beberapa waktu lalu.
Penghargaan ini mengapresiasi perusahaan-perusahaan yang telah menjalankan bisnis secara berkelanjutan.
Baca juga : KLHK Kerja sama dengan Mowilex Tanam 10 Ribu Bibit Mangrove di Belitung
Sekadar informasi, dalam IGSCA 2022 ini, Danone Indonesia berhasil masuk ke dalam 10 besar perusahaan yang mengusung konsep green company dan diumumkan sebagai pemenang pada tanggal 12 Mei 2022.
Dipaparkan Vera Galuh Sugijanto VP General Secretary Danone Indonesia dalam kesempatan terpisah, Danone memiliki kepedulian yang tinggi serta komitmen dalam melaksanakan bisnis berkelanjutan yang bertanggung jawab.
“Tidak hanya sekadar melaksanakan tanggung jawab sosial, namun lebih dari itu. Strategi bisnis perusahaan berlandaskan keberlanjutan dan selalu mengacu pada SDGs, sehingga selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang telah ditetapkan pemerintah,” kata Vera.
Baca juga : Para Konten Kreator Diajak untuk Lebih Peduli Lingkungan
Dikatakan Vera, program keberlanjutan Danone Indonesia menyasar kesehatan manusia dan lingkungan.
Terkait isu kesehatan, dalam payung program Bersama Cegah Stunting (BCS), Danone Indonesia menggerakan program edukasi nutrisi dan hidrasi sehat melalui Warung Anak Sehat (WAS), Isi Piringku, Gerakan Ayo Minum Air (AMIR), Aksi Cegah Stunting (ACS), WASH serta program GESID untuk edukasi remaja.
“Danone Indonesia juga memelopori berbagai upaya perlindungan sumber daya air dalam bentuk kegiatan konservasi, di antaranya penanaman pohon, pembangunan sumur resapan, pembuatan rorak, biopori, water harvesting, serta pembangunan taman keanekaragaman hayati dan program pertanian ramah lingkungan dengan target mencapai water positive impact pada 2030,” ujar Vera.
PT Vale menekankan pentingnya penerapan prinsip-prinsip Environment, Social and Government (ESG) untuk menjaga masa depan industri, khususnya pertambangan.
Sinergi ini sebagai kolaborasi SMV Kemenkeu yaitu BPDLH, PT PII dan IIF sehingga bisa terlihat hasil dan dampaknya dari hulu ke hilir.
Tujuan utama acara adalah untuk mendidik peserta tentang pentingnya pertanian perkotaan dalam mendukung keamanan pangan lokal.
Dalam program pembiayaan hijau di Navapark, nasabah bisa memperoleh keringanan berupa down payment (DP) hingga 0%, biaya KPR hingga Rp0, dan suku bunga yang sangat ringan.
Dalam acara ini, Endress+Hauser Indonesia juga memberikan penghargaan pengakuan kepada klien-klien Endress+Hauser Indonesia yang secara aktif berpartisipasi dalam proyek keberlanjutan
Bappenas menggelar Kick-Off Sustainable Development Goals (SDGs) Action Awards 2024 dengan tema Inovasi menuju Indonesia Emas.
QNET Indonesia terus melakukan edukasi pentingnya menjaga lingkungan dengan menggalakkan penanaman pohon di lingkungan sekolah
Pada pengujung rangkaian kegiatan SDGs perdana AEON Mall Indonesia ini digelar "Supogomi", yaitu aksi mengubah memungut sampah menjadi olahraga.
PT BKI sebagai induk Holding BUMN Jasa Survei/IDSurvey bersama kedua anggota lainnya meresmikan Program TJSL sarana air bersih dan paket sembako di Bogor.
FIF Group bersama Komando Resor Militer (Korem) 051/Wijayakarta (WKT) Cibitung menggelar acara penanaman pohon di kompleks Food Estate Korem 051/WKT, Cibitung.
Sustainable fashion menjadi salah satu gerakan yang lahir dari kesadaran sebagai responsible consumer yang bukan hanya memakai tapi juga turut melindungi dan menjaga lingkungan sekitar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved