Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Eijkman: Varian Covid AY.4.2 Belum Ditemukan di Indonesia 

Ferdian Ananda Majni
11/11/2021 19:08
Eijkman: Varian Covid AY.4.2 Belum Ditemukan di Indonesia 
Morfologi Virus Korona(AFp/Lizabeth Menzies)

PENELITI Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman Amin Soebandrio mengungkapkan, sejauh ini belum ditemukan subvarian virus koron Delta AY.4.2 atau yang dikenal sebagai varian Delta Plus di Indonesia. Hal itu berdasarkan hasil penelitian Whole Genome Sequencing (WGS) virus SARS-COV-2 di Tanah Air. 

"Lebih dari 8.500 WGS (yang diteliti) belum ditemukan (varian Delta Plus)," ujarnya kepada Media Indonesia, Kamis (11/11). 

Varian Delta Plus sendiri telah terkonfirmasi ditemukan di negeri tetangga Malaysia. Setidaknya ada 2 kasus yang ditemukan di Negeri Jiran dan merupakan kasus impor yang dialami dua pelajar Malaysia yang pulang dari Inggris. 

Amin meminta pemerintah untuk terus memperketat pintu masuk ke Tanah Air dengan berbagai aturan yang sudah ada. Masyarakat pun harus mematuhi protokol kesehatan, di samping upaya akselerasi vaksinasi yang terus gencar dilakukan. 

Baca juga : Satgas Minta Pemda Antisipasi Penularan Covid-19 pada Libur Nataru 

"Konsisten melakukan skrining di semua pintu masuk internasional, sambil tetap melaksanakan prokes dan menggiatkan vaksinasi," imbuhnya. 

Adapun, subvarian virus korona merupakan hasil mutasi dari varian Delta yang semula merebak di Inggris. Varian Delta masuk dalam daftar variant of concern pada Mei 2021. 

Namun, pada Juli 2021 ditemukanlah subvarian Delta AY.4.2 atau Delta Plus dan jumlah infeksinya semakin mendominasi mengalahkan jumlah infeksi yang disebabkan varian Delta. 

Delta Plus juga ternyata menular lebih cepat dibanding varian Delta. Meski demikian, sejauh ini belum memiliki bukti menyebabkan infeksi atau kesakitan yang lebih parah dan vaksin yang ada saat ini pun dinilai masih efektif. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya