Pengurangan Emisi Dimulai di Perkotaan

UPAYA pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) harus dilaksanakan lintas sektor, serius, dan mulai dilakukan di wilayah perkotaan padat penduduk yang membutuhkan pengaturan tata ruang. Dibutuhkan juga tahapan serta rencana serius yang menyeluruh pada semua sektor yang sifatnya jangka panjang.

“Sampai saat ini, upaya untuk mengurangi emisi GRK sudah dilakukan banyak pihak. Namun, sayangnya kerap tidak terlaksana secara lintas sektor dan belum ada milestone-nya,” ungkap ahli perkotaan Andy Simarmata di Jakarta, kemarin.

Andy mengungkapkan pengurangan emisi harus dimulai dilakukan di wilayah perkotaan. Mulai dari tata kota, pengaturan gedung-gedung bertingkat, transportasi, hingga sampah yang masih menjadi masalah utama di berbagai kota di Indonesia. Selain itu, dibutuhkan pula upaya pembentukan atau perencanaan green budgeting atau tata kelola keuangan berbasis kelestarian lingkungan.

“Memang ini bukan hal mudah karena mungkin harus memakan waktu beberapa generasi hingga benar-benar menciptakan wilayah nol emisi. Tetapi perencanaan harus terus dilakukan, setidaknya untuk dapat mencapai target penurunan emisi sesuai yang ditetapkan dalam Conference of the Parties (COP) 21,” tambahnya.

Hal itu diamini staf khusus presiden untuk pengendalian perubahan iklim Rachmat Witoelar. Ia mengatakan 70% dari emisi GRK yang ada di seluruh dunia saat ini dihasikan dari wilayah perkotaan.

“Dengan demikian, pembangunan yang berkelanjutan memang menjadi kunci utama yang harus terus dilakukan pemerintah. Tidak hanya seorang diri, tetapi juga melibatkan seluruh sektor serta perbaikan kultur hidup masyarakat. Kalau membicarakan kota, ini bisa disebut situs tempat berkumpul manusia dan keluarga. Untuk itu, memang harus dibuat rencana jangka panjang dan menyentuh berbagai hal dalam kehidupan.” (Pro/H-5)