Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Menyantap Gigoso dan Tapai sebagai Tradisi 15 Ramadan di Soppeng

Lina Herlina/H-3
29/4/2021 05:15
Menyantap Gigoso dan Tapai sebagai Tradisi 15 Ramadan di Soppeng
Tradisi 15 Ramadan di Soppeng, Sulwesi Selatan.(MI/Lina Herlina)

SEBUAH rumah milik seorang ibu bernama Haiya terlihat ramai dikunjungi tamu pada Selasa (27/4) malam. Di hadapan mereka terhidang makanan khas Bugis yang dikenal dengan nama gigoso atau gogoso dan tapai ketan. Gigoso merupakan panganan yang dibuat dengan campuran bahan dasar beras ketan putih atau hitam yang direndam terlebih dahulu selama semalam, lalu dimasak dengan santan dan dibungkus daun pisang menyerupai lemper, kemudian dibakar.

Ternyata, penyajian dua jenis makanan itu merupakan ritual dan tradisi jika Ramadan sudah dilampaui setengahnya atau pada 15 Ramadan di Kubba, Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan lalabata, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.

Haiya, sang tuan rumah, tidak tahu persis sejak kapan tradisi penyajian gigoso dan tapai setiap 15 Ramadan itu dilakukan. "Yang pasti sudah puluhan tahun karena sejak saya kecil orangtua saya dan beberapa orang tua di daerah sini melakukan tradisi ini, dan itu terus dilakukan hingga cucu dan cicit mereka," ungkapnya.

Alasan mengapa gigoso dan tapai ketan, karena dua-duanya punya bahan dasar dari beras ketan dan gampang menyatu. "Ini supaya semua bisa berbaur menjadi satu. Begitu juga dengan pilihan gigoso dan tapai, itu merupakan perwakilan dari dua jenis manusia, yaitu laki-laki dan perempuan," lanjutnya.

Salah seorang tamu, Andi Surawati, mengaku senang jika tradisi orang tua dulu masih bisa dilestarikan karena punya makna yang mendalam. "Tidak asal ada itu tradisi," sebutnya.

Di kecamatan sebelah, tepatnya di Lebbae, Desa Timusu, Kecamatan Liliriaja, Soppeng, pada 15 Ramadan, warga akan beramai-ramai membawa kue tradisional ke masjid menjelang buka puasa. Buka puasa bersama digelar dengan ratusan warga di sana.

Salah seorang tokoh masyarakat Lebbae, Makkulawu, menjelaskan bahwa tradisi membawa kue saat pertengahan Ramadan sudah berlangsung sejak lama. Setelah sampai di masjid, seluruh kue dihidangkan. Imam masjid yang memimpin langsung pembacaan doa sebelum berbuka dan dicicipi bersama.

"Setiap rumah diwajibkan membawa satu baki kue yang berisi empat macam jenis panganan. Tapi salah satunya harus ada tapai. Tradisi ini simbol rasa syukur kepada Allah dan kegembiraan warga atas diberikannya kesehatan serta rezeki, juga dapat bertemu pertengahan Ramadan. (Lina Herlina/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya