Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Kenalkan Sayuran Manis Agar Anak Suka

Mediaindonesia.com
21/2/2021 14:00
Kenalkan Sayuran Manis Agar Anak Suka
Sejumlah anak di Pekalongan, Jateng menunjukkan sayur bayam hasil panen dalam rangka kampanye gerakan makan sayur)sejak usia muda.(ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)

ORANG tua harus mengenalkan sayuran kepada anak sejak dini. Caranya dengan memberikan jenis sayuran dengan rasa manis kepada anak. Hal itu disampaikan dokter spesialis gizi klinik Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM, Luciana B Sutanto yang juga President of Indonesian Nutrition Association (INA) dalam webinar, Minggu (21/2).

"Pilih sayur pertama untuk anak yang agak manis, dimasak matang agar rasanya enak dan empuk," kata Luciana.

Bila anak sudah punya kesan pertama yang buruk terhadap sayuran, akan lebih sulit untuk membujuknya memakan sayur di kemudian hari. Oleh karena itu, orang tua harus pintar-pintar memilih jenis sayuran yang bakal disukai.
  
Misalnya wortel yang penuh vitamin A dan membantu menjaga kekebalan tubuh atau labu yang pada dasarnya berbahan lembut cocok untuk makanan pertama anak. Orangtua juga bisa memasak ubi yang mengandung serat, vitamin C dan vitamin B6. Jangan lupa untuk membuat teksturnya benar-benar halus dan buang kulitnya sebelum diberikan kepada anak.
  
Untuk anak yang sudah lebih besar tapi masih anti melihat sayuran yang masih berbentuk seperti aslinya, orangtua dapat mengakali dengan mencincang atau memarut sayuran dan menyelipkannya ke dalam isi piring, entah di dalam bola nasi, bakso atau kentang tumbuk.
  
Luciana menambahkan dalam sepiring makan anak sebaiknya ada 30 persen sayur mayur dan buah. Memberi asupan gizi yang seimbang untuk anak, terutama pada usia lima tahun pertama, adalah hal krusial. Sebab, bila nutrisi yang tidak tercapai membuat pertumbuhan buah hati jadi tidak optimal. Salah satu risiko yang bisa terjadi adalah stunting, masalah gizi kronis akibat kurang asupan gizi dalam jangka waktu lama.

baca juga: Angka Stunting di Indonesia Masih Lebih Tinggi dari Toleransi WHO

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8 persen atau sekitar 7 juta balita menderita stunting dibanding data pada 2013 yang menunjukkan stunting balita mencapai 37,2 persen. Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada 2017 yaitu mencapai 36,4 persen. Sedangkan menurut data Riskesdas 2018, angka stunting di Indonesia menurun hingga 23,6 persen. (Ant/OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya