Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Hilirisasi jadi Tantangan Terbesar Pengembangan Vaksin Merah Putih

Atalya Puspa
22/1/2021 20:04
Hilirisasi jadi Tantangan Terbesar Pengembangan Vaksin Merah Putih
Penelitian vaksin merah-putih(Antara/Dhemas Reviyanto )

KETUA Tim Pengembang Vaksin Merah Putih Universitas Indonesia Budiman Bela mengungkapkan, salah satu tantangan yang dihadapi dalam pengembangan vaksin nasional yakni masalah hilirisasi. Ia menyebut, perusahaan farmasi di Indonesia belum semua memiliki kapasitas untuk memproduksi vaksin dalam berbagai platform. 

"Tantangannya saat ini industri famasi belum berpengalaman dalam produksi vaksin DNA dan RNA. Pengetahuan dan cara produksi vaksin oleh mamalia sudah dimiliki oleh dua industri vaksin seperti PT Bio Farma dan PT Ethana. Sementara peralatan produksi vaksin belum sepenuhnya tersedia di Indonesia," kata Budi dalam webinar Tantangan dan Kebijakan Pengembangan Vaksin Merah Putih untuk Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19 yang diselenggarakan secara virtual, Jumat (22/1). 

Untuk itu, Budi menyatakan, sejalan dengan penelitian yang masih berproses, pihaknya pun gencar mencari industri farmasi yang berminat untuk melakukan investasi dalam produksi Vaksin Merah Putih. 

"Kita telah dilakukan pertemuan dengan perusahaan yang memiliki peralatan dan bahan yang memiliki peralatan dan bahan produksi vakasin yang akan dikembangkan," imbuhnya. 

Pada kesempatan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, pihaknya mendorong perusahaan yang bergerak di bidang industri farmasi untuk turut andil dalam percepatan penelitian Vaksin Merah Putih. 

Baca juga : Pengusaha Berharap Suplai Vaksin Mandiri juga dari Pemerintah

"Kalau hanya mengandalkan PT Bio Farma, akhir tahun ini kita hanya bisa produksi 250 juta dosis. Padahal kita minimal butuh 360 juta dosis. Sehingga kita harus impor," ujar Bambang 

"Ke depan, kita tidak boleh bergantung pada impor. Kita dorong peran perusahaan lain selain PT BiO Fama. Saya sudah minta kepada BUMN untuk mengajak perusahaan farmasi untuk bersama-sama memenuhi kebutuhan vaksin di Indonesia. Itu tantangan yang kita upayakan bisa kita selesaikan tahun ini," pungkasnya. 

Seperti diketahui Universitas Indonesia menjadi salah satu perguruan tinggi yang turut mengembangkan baksin merah putih. Adapun, UI sendiri mengembangkan vaksin covid-19 dari empat platform, yakni DNA, RNA, protein rekombinan subunit dan virus like particles. 

Dari keempat platform tersebut, vaksin yang berbasis platform DNA saat ini sudah masuh tahap uji imunitas pada hewan. Sementara itu, tiga platform lainnya masih berada pada tahap perancangan dan konstruksi DNA rekombinan. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya