Akademi Komunitas Tampung 60 Ribu Orang

KEMENTERIAN Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dan Dikti) memperluas jangkauan program akademi komunitas bagi pekerja lulusan SMA/SMK di daerah.

Sasarannya, agar lebih banyak anak kurang mampu bisa sekolah ke jenjang lebih tinggi dalam upaya pemberantasan kemiskinan.

Menristek dan Dikti M Nasir menjamin anak bangsa yang kurang mampu, tapi berprestasi bisa melanjutkan pendidikan lewat akademi komunitas.

Pemerintah menyediakan kuota untuk 60 ribu orang dengan anggaran Rp2,3 triliun.

Program tersebut sudah berjalan sejak tahun lalu bekerja sama dengan balai latihan kerja (BLK).

Saat ini, sejumlah akademi komunitas sudah tersebar ke beberapa daerah, di antaranya Surakarta, Pekalongan, Bengkulu, Riau, Polewali Mandar, Kabupaten Kebumen, serta sejumlah daerah lainnya.

Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu menjelaskan program akademi komunitas meningkatkan keahlian lulusan SMA/SMK menjadi setara D-1 dan D-2.

Peningkatan kualitas itu sesuai dengan kebutuhan daerah setempat, semisal program studi tekstil dan komunikasi di akademi komunitas Solo.

Lalu di Pekalongan ada program studi pertanian sesuai dengan tenaga kerja yang diperlukan.

"Nah, kita bisa sharing anggaran dengan pemerintah daerah (pemda). Pusat menyediakan SDM, pemda bisa siapkan fasilitas," tutur dia, kemarin.

Saat dihubungi terpisah, pakar pendidikan Arief Rahman menilai strategi pemerintah membuat program akademi komunitas sudah tepat.

Namun, ia menggarisbawahi agar bahan ajar mesti tepat sasaran.

"Jangan sampai tidak sesuai dengan kebutuhan," cetusnya.

Di samping itu, Arief mengingatkan agar mahasiswa akademi komunitas dibekali pelatihan sikap dan psikologi.

Hal itu penting untuk menghasilkan SDM dengan optimalisasi kompetensi serta mental yang baik.

"Sertifikasi bisa jadi bentuk penjaminan mutu lulusan yang bisa dipertanggungjawabkan," tandasnya.