Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Vaksin Covid-19 di Indonesia Terlambat 4 Bulan dari Tiongkok

Ferdian Ananda Majni
15/8/2020 20:50
Vaksin Covid-19 di Indonesia Terlambat 4 Bulan dari Tiongkok
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Subandrio(MI/Andry Widyanto)

DIREKTUR  Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Amin Soebandrio mengatakan Indonesia telah menjalani proses uji klinis fase III vaksin Covid-19 dari Sinovac. Namun, Indonesia sendiri terlambat 4 bulan dari negara lainnya.

"Harus diakui memang, kita start-nya 4 bulan terlambat dari negara lain. Kalau kita lihat Tiongkok dan negara lainnya itu Januari sudah bergerak. Kita baru diberi 'perintah' Maret dan kemudian April praktis baru kita mulai. Ya memang terlambat 4 bulan, jadi mudah-mudahan kita bisa mengejar itu," kata prof Amin dalam diskusi daring bertema menanti vaksin Covid-19, di Jakarta, Sabtu, (15/8).

Prof Amin menjelaskan pengembangan vaksin dalam negeri yang terlambat 4 bulan ini bisa diantispasi dengan pengembangan vaksin dari luar negeri. Hal itu mengingat vaksin tersebut memenuhi syarat yang sudah ditetapkan, antara lain uji klinis, dan seusai industri di Indonesia.

"Uji klinis ketiga ini upaya untuk memastikan vaksin efektif dan aman," sebutnya.

Terkait vaksin merah putih, Prof Amin menekankan yang terpenting ialah kemampuan anak bangsa yang dalam membuat vaksin. Apalagi nantinya vaksin ini diharapkan memenuhi 50% dari kebutuhan pasien di Indonesia.

Indonesia memiliki kemampuan dan kapasitas yang mumpuni untuk mengembangkan vaksin yang dibutuhkan. Menurutnya, Eijkman akan memimpin konsorsium yang akan mengakomodasi sejumlah peneliti vaksin.

"Alhamdulillah progresnya masih sesuai dengan jadwal yang kita buat, Insya Allah hasil pengembangan kami bisa diterima Bu Neni (Bio Farma). Jadi Bulan Februari atau Maret sehingga nanti bisa dilakukan uji klinik seperti apa yang dilakukan semua vaksin yang mau digunakan di Indonesia," terang Prof Amin.

Baca juga: Inggris Beli Vaksin Covid-19 Produksi J&J dan Novavax Inc

Secara garis besar, tahapan yang sedang dilakukan pihaknya, yakni skala laboratorium dan industri. Sebut Prof Amin, tugas Eijkman dalam skala laboratorium sampai dengan bibit vaksin. Sebab, untuk uji klinis vaksin harus siapkan agar bisa diberikan kepada manusia.

"Untuk yang disuntikkan kepada manusia betul-betul harus disiapkan dengan baik, industri harus memiliki fasilitas Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Oleh karena itu, kita siapkan betul di laboratorium sampai dengan siap untuk dialihkan ke skala industri," lanjutnya.

Prof Amin menambahkan koordinasi dengan produsen swasta juga telah dilakukan agar bila vaksin yang tengah dikembangkan berhasil, kemudian segera diproduksi massal untuk kebutuhan masyarakat luas

"Kami juga sudah kontak dengan beberapa institusi khususnya sejak bulan Januari awal ketika waktu itu belum dimulai pandemi. Tapi dimulai kasus-kasus ini yang sudah mencurigakan kami sudah berbicara pimpinan Bio Farma untuk ayo kita bikin vaksin untuk Covid-19," terangnya.

Meski masa edar vaksin buatan Eijkman akan membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan vaksin Sinovac. Dia yakin nantinya vaksin itu dapat menjadi jawaban bagi masyarakat sebagai alternatif pengobatan guna menangkal Covid-19.

"Kita harus memastikan produksi apapun yang diberikan masyarakat harus sudah terbukti aman dan bermanfaat. Kita mengikuti proses, walaupun proses ini diperpendek, karena kalau kita lihat pengalaman vaksin lalu, skala laboratoriumnya ada yang sampai 10 tahun, kita upayakan secepat mungkin sehingga 1 tahun selesai dan berikutnya dipakai untuk uji klinik," pungkasnya. (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya