Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Disinfektan dari Cuka Kayu dan Bambu

(IhfaFirdausya/H-3)
18/4/2020 06:05
Disinfektan dari Cuka Kayu dan Bambu
(Kementerian LH)

KETIKA kasus virus korona baru (covid-19) pertama kali ditemukan di Indonesia, disinfektan menjadi salah satu barang yang dicari-cari masyarakat. Akibatnya, disinfektan menjadi barang langka dan kalaupun tersedia, harganya pun menjadi mahal.

Inovasi Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berupa produk disinfektan dari cuka kayu dan bambu (asap cair) dapat menjadi alternatif. "Hasil pengujian asap cair kayu dan bambu terhadap kuman dari eksperimen yang dilakukan, cukup hanya dengan 1% sudah efektif," ujar Prof Gustan Pari, peneliti P3HH-BLI, dalam keterangannya, beberapa waktu lalu. Dijelaskan Prof Gustan, uji toksisitas asap cair kayu dan bambu sebagai disinfektan dilakukan bersama Ratih Damayanti dan tim. Riset ini menggunakan mikroorganisme bakteri yang terdapat pada telapak tangan dan udara di Laboratorium Mikrobiologi Hutan Pusat Litbang Hutan, Bogor, Jawa Barat.

Hasilnya, asap cair kayu dan bambu dengan konsentrasi 1% memiliki kemampuan lebih baik dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme jika dibandingkan dengan etanol (alkohol) 70%, yang selama ini sering dijadikan bahan dasar disinfektan. "Asap cair yang diproduksi BLI layak dijadikan sebagai disinfektan, terutama di tengah kelangkaan produk disinfektan di pasaran. Ini akan segera diproduksi massal untuk dibagikan ke lingkungan masyarakat yang membutuhkan," kata Prof Gustan. Proses pembuatan cuka kayu dilakukan di dalam reaktor penguapan selama 30 menit (tergantung bahan baku). Bahan bakunya, yaitu kayu atau bambu, atau serabut kelapa atau serasah. Asap cair (cuka kayu) akan menetes keluar ketika asap mulai keluar dari tungku perapian. Untuk mengurangi crude dalam pembuatan hand sanitizer, perlu dilakukan proses distilasi. Distilasi dilakukan tiga kali karena pemakaian hand sanitizer akan lebih baik jika kondisi larutan berwarna bening.

Sementara itu, untuk pembuatan disinfektan ruangan, hanya dalam kondisi crude saja sudah dapat dilakukan proses selanjutnya. Terakhir, periksa takaran wangi dari hand sanitizer. Jika sudah cocok, hand sanitizer siap digunakan.

Proses pengolahan selama 8 jam dapat menghasilkan cairan cuka kayu sebanyak 12 liter. Untuk bahan disinfektan dengan ukuran air sebanyak 10 liter, cukup dicampur cairan cuka kayu sekitar 100 mililiter. Hasil Penelitian dan Pengembangan Pusat Litbang Hasil Hutan (P3HH) ini juga dikembangkan dengan memproduksi hand sanitizer dengan formula asap cair (cuka kayu), borneol, etanol, dan gliserol. Pemakaiannya telah diujicobakan untuk lingkungan kantor dan dibagikan kepada para pegawai di lingkungan perkantoran BLI Kampus Gunung Batu, Bogor, Jawa Barat.

Penyemprotan disinfektan yang dilakukan di seluruh ruangan kerja BLI lingkup Gunung Batu itu merupakan respons BLI dalam menindaklanjuti surat edaran Menteri LHK Siti Nurbaya tentang pencegahan penyebaran covid-19. Salah satu upaya pencegahan ialah dengan melakukan penyemprotan disinfektan pada sarana-prasarana gedung/kantor, menerapkan budaya hidup bersih, dan menjaga lingkungan sekitar. Pemanfaatan kayu untuk menjadi cuka kayu telah berlangsung sejak 2017 lalu untuk pestisida, pengental karet, obat luka, hingga sebagai bahan pengawet makanan. Dengan penelitian tersebut, Manggala Agni di sejumlah daerah mulai menggunakan cuka kayu sebagai disinfektan yang murah dan lebih ramah lingkungan. (IhfaFirdausya/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya