Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SETELAH tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau diturunkan dari siaga atau level III menjadi waspada atau level II pada 25 Maret 2019, aktivitas vulkanik gunung tersebut berfluktuasi.
Sepanjang Januari-Maret 2020 aktivitas erupsi masih terjadi, namun tidak terus menerus. Berdasarkan informasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dalam pengamatan visual selama Januari, terjadi empat kali erupsi yang menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu, dengan tinggi maksimum 500 m dari atas puncak.
Pada Februari, terjadi rangkaian erupsi menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu tebal, dengan ketinggian maksimum 1.000 m dari atas puncak. Selama Maret, erupsi terjadi dua kali yang menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu setinggi 300 m dari atas puncak.
Baca juga: BPBD: Gunung Anak Krakatau Erupsi, Warga Masih Berjaga
"Saat tidak terjadi erupsi, teramati hembusan asap berwarna putih tipis dengan tinggi maksimum 150 m dari atas puncak," bunyi laporan dari laman magma.esdm.go.id, Sabtu (11/4).
Pada Jum’at (10/4) malam, terjadi dua kali erupsi yang menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu tebal setinggi kl. 500 m dari atas puncak. Diikuti dengan erupsi menerus tipe strombolian. Tidak terdengar suara gemuruh atau dentuman akibat erupsi.
Menjelang dan selama erupsi, sejumlah gempa vulkanik masih terekam dengan jumlah belum signifikan. Hal itu menunjukkan masih terjadinya suplai magma ke kedalaman yang lebih dangkal.
Adapun pengamatan deformasi dengan tiltmeter berfluktuasi dan menunjukkan gejala kenaikkan yang tidak signifikan sejak 5 April. Kejadian erupsi pada Jum’at (10/4) malam diduga akibat energi yang relatif tidak terlalu besar.
Baca juga: Anak Gunung Krakatau Meletus, Statusnya Siaga II
Dari data kegempaan dan deformasi menunjukkan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau masih berfluktuasi. Suplai fluida dari kedalaman masih terjadi. Jenis fluida pada rangkaian erupsi Januari hingga Maret didominasi gas atau uap air.
Sementara itu, erupsi pada Jum’at (10/4) ini material batuan pijar sudah terbawa ke permukaan dengan intensitas yang belum signifikan. Itu jauh lebih kecil dibandingkan rangkaian erupsi pada periode Desember 2018-Januari 2019.
Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material lava, aliran lava dan hujan abu lebat di sekitar kawah dalam radius 2 km dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat terpapar di area yang lebih jauh, bergantung pada arah dan kecepatan angin.
Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental serta potensi bahaya Gunung Anak Krakatau dari awal Januari hingga 10 April, tidak ada peningkatan ancaman. Tingkat aktivitas vulkanik G. Anak Krakatau masih tetap pada level II atau waspada.(OL-11)
Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatra Barat (Sumbar), mengalami erupsi sebanyak tiga kali pada Sabtu (27/7).
Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, kembali erupsi dengan letusan setinggi 800 meter atau 4.476 meter di atas permukaan laut.
Gunung Lewotobi Laki-laki kembali mengalami erupsi pada Minggu (21/7) pagi,dengan kolom abu mencapai 500 meter di atas puncak kawah.
Enam jam terakhir, dari pukul 06.00 hingga 12.00 WITA, terjadi satu kali erupsi dengan ketinggian mencapai 1.000 meter di puncak gunung Lewotobi Laki-laki.
pada Minggu (14/7) pukul 12.00-18.00 WIB. Gunung Semeru mengalami 20 kali gempa guguran. Selain gempa guguran, Gunung Semeru juga mengalami sebanyak 28 kali gempa letusan/erupsi
GUNUNG Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur mengalami enam kali Erupsi pada Selasa 9 Juli 2024. Akibat terbawa angin saat erupsi, abu vulkanik melanda 20 Desa di Kabupaten Sikka, NTT.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved