Dosen Harus Piawai Menulis

REKTOR Universitas Sumatra Utara, Medan, Runtung Sitepu, sependapat dengan pandangan bahwa dosen harus memiliki kemampuan menuangkan gagasan melalui tulisan. “Betul sekali bahwa kemampuan menulis bagi dosen merupakan suatu keharusan,” katanya ketika menerima kunjungan Direktur Pemberitaan Media Indonesia Usman Kansong di Rektorat Kampus USU, Medan, akhir pekan lalu.

Dalam kesempatan itu, Usman menyampaikan akan lebih baik bila para dosen USU menuangkan tulisan dalam bentuk artikel opini di media massa nasional. “Dengan begitu, dosen USU dan USU bisa dikenal secara luas di level nasional,” ucap Usman.

Berdasarkan pengamatan Usman, setelah Solly Lubis dan AP Parlindungan, belum ada lagi dosen USU yang dikenal secara luas lewat tulisan mereka di media cetak nasional. Dengan begitu, gagasan, pikiran, atau hasil penelitian para dosen USU akan dibaca secara lebih luas oleh publik dan lebih bermanfaat buat masyarakat banyak jika dibandingkan dengan menulis di jurnal. Runtung sependapat, “Kalau menulis di jurnal yang membaca kalangan tertentu, kalangan ilmiah saja,” ujarnya.

Menurut Usman, masih banyak dosen yang kesulitan merumuskan gagasan dan pikirannya melalui artikel opini di media cetak. Tidak sedikit juga dosen kesulitan mengonversi hasil penelitian yang dituliskan di jurnal menjadi tulisan ilmiah populer untuk media massa.

Oleh karena itu, Media Indonesia siap melatih dosen-dosen USU menulis artikel opini atau artikel ilmiah populer di media cetak. Media Indonesia sendiri berulang kali mengadakan pelatihan penulisan, misalnya, untuk peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia serta sejumlah universitas.

Rektor Runtung menyambut baik rencana pelatihan penulisan artikel opini atau artikel ilmiah populer untuk para dosen USU. “Saya sangat senang bagaimana dosen di USU ini selalu merespons dan menganalisis apa saja yang berkembang di masyarakat sesuai bidang keilmuannya melalui tulisan di media cetak.”

Semakin seringnya dosen USU diwawancara dan dimintai tanggapan oleh media massa tentang berbagai persoalan publik, menurut Runtung, membutuhkan keterampilan dan pelatihan. (PS/H-1)