Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PEMBERSIHAN merupakan awal dari langkah menjaga kesehatan kulit. Namun, pemberihan pun perlu dilakukan secara hati-hati. Pemilihan bahan pembersih yang keliru justru akan menimbulkan masalah kulit, antara lain memicu timbulnya kulit sensitif.
"Air saja tidak dapat membersihkan semua kotoran yang terakumulasi pada kulit wajah, terutama kotoran berbentuk lemak yang berasal dari kandungan sebagian besar kosmetik serta polutan dari lingkungan. Memilih jenis pembersih yang tepat sangat penting," ujar Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dr Shannaz Nadia Yusharyahya SpKK(K) pada acara Bioderma Ecobiology Event, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dokter dari Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu menjelaskan, terdapat berbagai jenis pembersih. Saat digunakan, bahan pembersih berinteraksi dengan komponen kulit. Jika produk tersebut tidak cocok dengan kulit, hal itu dapat merusak lapisan lipid pada kulit yang sejatinya berfungsi sebagai pelindung kulit.
"Membersihkan secara berlebihan sama buruknya dengan tidak membersihkan kulit," tegasnya.
Baca Juga : Osteoartritis, Nyeri karena Ausnya Bantalan Sendi
Pada kesempatan sama, pakar biokimia dari Prancis yang fokus di bidang dermatologi, Aurelie Guyoux, mengungkapkan kulit merupakan sebuah ekosistem yang cerdas tetapi rentan. Karena itu, sangat penting untuk menjaga dan memperkuat mekanisme biologis alami kulit dengan menggunakan bahan-bahan aktif pilihan yang selaras dengan kulit.
Saat ini, lanjutnya, banyak bermunculan masalah kulit sensitif, yakni sindrom yang ditunjukkan dengan munculnya sensasi tak nyaman, seperti nyeri, panas, sakit, bintik, dan perih ketika kulit mendapat suatu rangsangan yang normalnya tidak menimbulkan ketidaknyamanan.
"Salah satu penyebabnya ialah pemilihan produk, termasuk pembersih, yang tidak selaras dengan kulit sehingga merusak sistem perlindungan yang ada pada kulit," terang perempuan yang menjabat sebagai Global Research and Innovation Director Naos, produsen Bioderma itu.
Ia menjelaskan, bahkan air yang dipakai dalam produk pembersih bisa merusak sistem perlindungan kulit. Hal itu terjadi ketika air yang digunakan kurang murni. Air jenis cosmetic quality water, lanjutnya, memang mengalami penyulingan. Namun, dalam prosesnya, ada bakteri yang melepas endotoksin (racun). Endotoksin yang terbawa dalam produk itu dapat memasuki kulit dan dapat menyebabkan peradangan.
Karena itu, lanjut dia, dianjurkan untuk memakai produk perawatan kulit yang menggunakan air jenis highly purified water. Pada air jenis itu, endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri saat melalui penyulingan dibersihkan kembali melalui sembilan tahap proses pemurnian.
"Highly purified water memiliki kualitas yang sama dengan air yang digunakan untuk penyuntikan medis, yaitu jenis air yang termurni dan teraman. Jenis air ini memiliki pH 5,5 yang sama dengan kulit dan memenuhi persyaratan keamanan dermatologi," terangnya. (*/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved