Haji Naikkan Posisi Tawar Indonesia

PENYELENGGARAAN ibadah haji tidak sekadar pengguguran kewajiban rukun Islam kelima, melainkan memiliki makna strategis bagi Indonesia.

Konsulat Jenderal RI di Jeddah, Arab Saudi, Mohammad Hery Saripuddin, menyampaikan hal itu sesuai  apel Tim Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Mekah di halaman kantor Daker Mekah, kawasan Syisyah,  King Fahd Street, di Arab Saudi, Minggu (21/7) pagi.

"Peyelenggaraan ibadah haji tak hanya ritual, tapi berdampak positif bagi hubungan RI dan Arab Saudi, " kata Hery yang didampingi Kadaker Mekah Endang Jumali.

Selain hubungan kedua negara yang lebih erat lagi, lanjutnya, secara ekonomi juga bisa meningkatkan neraca perdagangan, investasi dan pariwisata Indonesia. "Bayangkan, mulai tahun ini, penyedia katering haji diwajibkan menggunakan bumbu masak dari Indonesia untuk melayani 221 ribu jemaah haji Indonesia," ungkapnya.

Pasalnya, kata dia, kini katering haji harus bercita rasa Indonesia.
Jumlah jemaah haji Indonesia terbesar di dunia juga, sambungnya, meningkatkan daya tawar Indonesia di mata negeri kerajaan tersebut.

"Contohnya adalah Universitas Islam Madinah mulai tahun ini menambah jumlah penerima bea siswa dari 150 orang menjadi 350 orang," tuturnya.

Belum lagi kebijakan open sky policy dunia penerbangan Arab Saudi, menurutnya, sudah dibuka mulai tahun ini untuk Indonesia.

Terkait penyelenggaraan haji 2018, Hery optimistis berlangsung dengan baik. "Saya sudah cek di lapangan, seperti tadi saya ke terminal haji di Al Haram, saya cek bis shalawat yang mengantarkan jemaah haji dari hotel ke Masjidil Haram sudah oke semua," pungkasnya. (X-10)