Dawit Isaak Berharap Konflik di Suriah dan Dunia Segera Berakhir

MIOL
04/5/2017 07:32
Dawit Isaak Berharap Konflik di Suriah dan Dunia Segera Berakhir
(MI/Ramdani)

PENERIMA Penghargaan Kebebasan Pers dari UNESCO, Guillermo Cano Dawit Isaak diwakili putrinya Betlehem Isaak berharap konflik di Suriah dan belahan dunia lainnya yang telah menimbulkan banyak korban segera berakhir.

"Dalam semangat hak asasi dan kebebasan berbicara, saya harap konflik di Suriah dan konflik-konflik lain di dunia berakhir segera," ujar Betlehem saat menerima penghargaan itu dalam acara World Press Freedom Day 2017 di Jakarta, Rabu (3/5) malam.

Ia juga menyampaikan rasa duka untuk perempuan dan anak-anak yang kehilangan harapan indah hidupnya, berpindah-pindah atau menderita akibat konflik di Suriah dan konflik-konflik lain di dunia.

Selain itu, Betlehem menilai sangat penting untuk menjaga martabat dan toleransi dan mendukung dunia jurnalistik. Menurut dia, jurnalis adalah salah satu pihak yang dapat memperjuangkan kebebasan dan menjadi tolok ukur untuk mengetahui kebebasan hanya ilusi atau dalam ancaman besar.

Dalam kesempatan itu, Betlehem juga menceritakan mengenai kenangan-kenangan terakhirnya dengan Dawit Isaak sebelum ditangkap dan nilai-nilai yang ditanamkan pada anak-anaknya.

Dawit, kata Betlehem, optimistis dan selalu berharap Eritrea menuju perdamaian serta menjadi negara yang demokratis.

Setelah belasan tahun tidak bertemu, keluarga Dawit berharap suatu hari Dawit akan pulang dan berkumpul bersama lagi dengan keluarga. "Suatu hari, saya berharap bisa bertemu lagi dan menggenggam tanganmu dan menjadi putrimu lagi. Saya berharap kamu segera pulang, dan bersama keluarga," kata dia menutup pidatonya.

Dawit Isaak yang lahir pada 1964 merupakan jurnalis dan penulis campuran Swedia-Eritrea. Dia dihukum penjara di Eritrea dan pada 23 September 2016 Dawit telah ditahan selama 15 tahun.

Dawit Isaak ditahan di Eritrea pada September 2001 bersama dengan 10 jurnalis independen lainnya dan sampai saat ini belum pernah diadili. Dawit adalah satu-satunya warga Swedia yang menjadi perhatian Amnesti Internasional dan satu-satunya penduduk Uni Eropa yang dihukum karena opininya.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya