Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
FILM Korea Selatan (Korsel) terbaru arahan sutradara Kim Sung-han, Hijack 1971 membawa kita pada sebuah penerbangan mencekam pada musim dingin tahun 1971. Di tengah situasi politik yang memanas antara Korsel dan Korea Utara, sebuah pesawat Korean Air F27 dibajak tak lama setelah lepas landas dari Bandara Sokcho.
Film yang sedang tayang bioskop Indonesia ini secara intens membangun atmosfer menegangkan sejak awal. Ledakan bom rakitan di dalam pesawat langsung membawa para penumpang dan kru dalam situasi panik dan mencekam. Ketegangan semakin memuncak saat sang pembajak, Yong-dae (Yeo Jin-goo) mengambil alih kokpit dan mengancam akan menerbangkan pesawat ke Korea Utara.
Baca juga : Yeo Jin-Goo Siap Menyapa Penggemarnya di Jakarta
Dalam sesi pra-tayang pada Selasa, (16/7/2024) di CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Media Indonesia dapat merasakan akting Ha Jung-woo yang luar biasa dalam memerankan ko-pilot Tae-in. Ia cukup meyakinkan mengendalikan pesawat dalam keadaan darurat dan penuh tekanan. Sementata Yeo Jin-goo tak kalah memukau. Sebagai pembajak, ia memiliki arketipe seorang maniak yang penuh misteri dan menyimpan trauma masa lalu.
Sementara karakter Tae-in juga dibangun kompleksitasnya lewat masa lalu suram. Saat menjadi pilot Angkatan Udara, Tae-in nyatanya pernah menghadapi situasi untuk pembajakan pesawat tapi dianggap gagal melakukan tindakan yang tepat hingga akhirnya dipecat. Latar belakang itu menjadi alasan Tae-in berhati-hati menghadapi situasi kali ini.
Perlahan alasan aksi Yong-dae juga terungkap. Dendamnya pada negara tumbuh karena selalu dituduh sebagai komunis dan disiksa oleh orang sekitar bahkan harus mendekam di penjara. Ketika akhirnya bisa pulang, ia mendapati ibunya telah menjadi mayat yang membusuk.
Hijack 1971 juga menghadirkan subplot yang menarik tentang perpecahan antara Korea dan trauma akibat perang. Hal ini terlihat dari dialog-dialog para penumpang dan kru pesawat yang menunjukkan keraguan dan ketakutan mereka terkait situasi politik yang memanas.
Linimasa yang diambil film ini adalah 1969–1971. Masa yang tak jauh dari peristiwa perang Korea kedua di Zona Demiliterisasi Korea, yang berlangsung pada medio 1966–1969. Sebab itu, dalam naskah yang ditulis oleh Kim Kyung-chan menyoroti begitu sensitifnya terkait zona perbatasan kedua negara.
Salah satu momen paling ikonik dalam film ini adalah ketika pilot Tae-in melakukan manuver akrobatik dengan pesawat komersial layaknya pesawat tempur. Adegan ini memacu adrenalin penonton dan menunjukkan keahlian Tae-in sebagai pilot yang andal. Ini seperti disimpan oleh Kim Sung-han sebagai ‘golden scene’ sekaligus titik balik film.
Sayang, meski telah membuat terkesan dengan adegan pembuka maneuver-manuver pesawat tempur, proses transisi dari babak pengenalan karakter ke konflik begitu singkat. Simpati penonton pun belum terbangkitkan walaupun keseluruhan film cukup menarik. (M-1)
Tiket fan meeting Yeo Jin-Goo terbagi dalam tiga kategori yakni Very Important Person (VIP) seharga Rp2.3 juta, CAT 1 seharga Rp2 juta, dan CAT 3 di harga Rp1.8 juta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved