Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KECERDASAN buatan (AI/Artificial Intelligence) yang kini makin lazim digunakan dalam keseharian, bahkan untuk para kreator profesional dalam menciptakan karya memunculkan perbincangan dan pertanyaan yang sama. Hal itu mengemuka dalam diskusi panel Asia-Europe: Common Stakes for The Film Industry di Cannes International Film Festival 2024.
Presiden EFAD (European Film Agency Directors association) dan Croatian Audiovisual Centre Chris Marchich memandang AI menjadi peluang dalam penciptaan karya yang mampu memberikan realitas baru dengan tetap memiliki sentuhan manusia. Namun, menurutnya, salah satu tantangannya adalah transparansi dalam hasil karya yang diciptakan berbasis AI.
“Ada pertanyaan terkait siapa yang menciptakan karya, bagaimana kepemilikan hak atas karyanya, dan transparasi tentang proses penciptaan karya berbasis AI adalah salah satu yang perlu didiskusikan," kata Chris dalam diskusi panel Asia-Europe: Common Stakes for The Film Industry di Cannes International Film Festival 2024 di Plague du CNC, pantai Mademoiselle Gray, Cannes, Prancis, Sabtu, (18/5/2024).
Baca juga : Pejabat Tertinggi Tiongkok Menginformasikan Rencana Regulasi Kecerdasan Buatan kepada Elon Musk
Secara hukum di negara-negara yang menjadi bagian Uni Eropa, kami mengakui terhadap karya berbasis AI. Kami memberikan peluang untuk para kreator melakukan itu. Karena secara lanskap berubah, maka kami tidak mau menutup diri terhadap perubahan itu,” imbuhnya.
Isu transparansi karya berbasis AI juga diamini stafsus Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Alex Sihar. Menurutnya AI saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari manusia. Alex menambahkan, perlu ada instrumen yang juga melindungi hak cipta yang dimiliki kreator/manusia pembuat karyanya.
“Tapi pertanyaannya, bagaimana kita bisa menuntut transparansi terhadap karya berbasis AI? Terhadap streamers (platform streaming) saja itu masih jadi pertanyaan (transparansi),” tambah Alex.
Baca juga : Diharapkan Ada Aturan Perlindungan Hukum terkait Robotic Telesurgery
Penasehat hubungan internasional CEO Filmforderungsanstalt (FFA), lembaga pendanaan film Jerman, Berenice Honold, juga mengimbuhkan, diskusi terkait karya berbasis AI memang jadi perbincangan utama di banyak negara. Menurutnya, tidak ada sikap yang rigid dalam menyikapi karya berbasis AI saat ini, karena menurutnya masih dalam tahap awal.
Sementara itu, Kim Donghyun dari KOFIC (Korean Film Council) memandang di Korea Selatan pemerintah mereka sangat tertarik terhadap AI. Tapi, menurut Kim, situasi saat ini masih amat sulit untuk meregulasi AI karena perubahannya sangat cepat. Kim memandang, AI juga bisa menjadi tantangan bagi para pekerja kreatif.
“Mungkin, AI terkadang bagi sebagian kreator dan pekerja kreatif adalah sekadar alat. Misalnya mau bikin film, bisa jadi nantinya sudah tidak butuh vfx, kru, bahkan aktor. Bagi kreator dan sutradara yang mau buat film, AI bisa jadi alat yang bagus untuk menekan biaya produksi. Tapi, bagi pekerjanya seperti kru misalnya itu bisa membuat mereka kehilangan pekerjaan,” andai Kim.
Direktur Urusan Eropa dan Internasional di CNC Jeremy Kessier berpandangan, tidak ada satu solusi pasti untuk menyikapi karya berbasis AI. Di Prancis, juga di regional negara bagian Uni Eropa, terdapat dua perspektif dalam memandang AI. Salah satunya karya berbasis AI diakui dan tetap menjaga hak-hak bagi pemilik hak cipta.
Di beberapa forum pendanaan Eropa, bahkan proyek karya berbasis AI bisa mendapat pendanaan. Chris mengungkapkan, ada forum pendanaan yang akan tetap mendukung karya berbasis AI terlepas masih ada area abu-abu terkait kepemilikan hak cipta, asal karyanya bagus, proyek karya tersebut masih akan didukung. (Z-3)
Budi menekakan pihaknya terus mencari cara agar judi online tidak tumbuh lagi di tengah masyarakat.
MENGINGAT banyak modus baru tindak pidana perdagangan orang (TPPO), khususnya di ranah daring, perlu penguatan regulasi agar penegakan hukum pada kejahatan TPPO dapat berjalan maksimal.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) diminta untuk menyoroti isu terkait pengawet roti yang dianggap tidak sesuai standar.
Selama pemerintah terus mengakomodasi kepentingan industri dalam regulasi zat adiktif, maka sampai kapanpun upaya perlindungan kesehatan anak tidak akan pernah tercapai.
PENGAMAT Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah menilai bahwa penggunaan produk dalam negeri yang dilakukan pemerintah daerah (pemda) baru 41 persen
DIREKTUR Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin, menyebut bahwa Indonesia sudah sangat siap untuk menjadi pesaing di industri kendaraan listrik
Kinds of Kindness terdiri atas tiga bagian cerita dibintangi oleh pemeran yang sama. Membawa kembali komedi gelap nan absurd sang sutradara.
Dengan memboyong lima produser Tanah Air, Indonesia ambil bagian dalam Marche du Film, yang merupakan pasar film terbesar di Festival Film Cannes.
Aktor berusia 60 tahun, Matt Dillon, menunjukkan penampilan abu-abu yang memukau di karpet merah Cannes untuk filmnya "Being Maria".
Industri film Korea Selatan telah mendapatkan pengakuan internasional berkat kualitas cerita, akting, dan produksi yang luar biasa.
Pada MdF tahun ini, tentu lebih spesial karena lima produser Indonesia terseleksi masuk dalam Producers under the Spotlight di program Producers Network.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved