Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SCULPTING The Giant adalah film dokumenter panjang perdana garapan rumah produksi Seeds Motion asal Bandung, yang disutradarai duo sutradara muda, Banu Wirandoko dan Rheza Arden Wiguna. Seeds Motion bekerja sama dengan Global Film Solutions Indonesia, Phiwedari Indonesian Film Distribution, dan Focused Equipment membawa Sculpting The Giant ke depan penonton Indonesia dan dunia perdana pada ajang Festival Film Internasional Vancouver 2023.
Sculpting The Giant bercerita tentang perjuangan seorang pematung asal Indonesia, Nyoman Nuarta, dalam membuat salah satu patung terbesar di dunia, Garuda Wisnu Kencana.
Film ini menyuguhkan sudut pandang yang belum pernah diungkap sebelumnya dari perjalanan pembuatan Garuda Wisnu Kencana yang memakan waktu selama 28 tahun.
Baca juga: Mengenang 17 Tahun Kepergian Steve Irwin
Sculpting The Giant menjadi film dokumenter penuh dengan intrik keluarga, politik, dan bisnis, diceritakan dengan sinematografi indah oleh sinematografer dan editor Dini Aristya dan scoring orisinil oleh penata musik Bintang Rajasawardhana.
Produser Sculpting The Giant Maulana Aziz menyatakan, "Film pertama kami ini adalah produksi paling panjang yang pernah kami alami, 7 tahun termasuk melewati 2 tahun masa pandemi covid-19. Penayangan perdana di Vancouver International Film Festival menjadi titik cerah dan membuat jerih payah kami selama ini terbayarkan. Tentunya, yang paling kami inginkan adalah agar film ini segera tayang di Indonesia."
Festival Film Internasional Vancouver adalah ajang yang sudah berlangsung selama 41 edisi yang dimulai semenjak 1982. Festival film ini merupakan salah satu ajang bergengsi di dunia dan pernah menjadi tempat film-film Indonesia mendapatkan prestasi internasional seperti, film Eliana, Eliana, yang disutradarai oleh Riri Riza yang memenangkan Dragons and Tigers Special Mention pada 2002, Yuni (2021), Athirah (2019), dan Gie (2005).
Baca juga: Belum Berakhir, The Eras Tour Taylor Swift Segera Hadir dalam Versi Dokumenter
Di antara karya film dari Indonesia yang pernah terpilih, Sculpting The Giant menjadi salah satu pionir film dokumenter panjang Indonesia yang berhasil terpilih untuk tayang di Festival Film Internasional Vancouver.
Sang sutradara Rheza Arden Wiguna mengungkapkan, "Sebenarnya agak kaget ketika mendengar Sculpting The Giant terpilih untuk tayang di Vancouver, apalagi ini film pertama kami jadi kami belum percaya diri kalau filmnya bisa nyangkut di festival besar kayak VIFF. Jadi kami happy go lucky aja."
Sementara Banu Wirandoko Banu menambahkan, "Penayangan STG di Vancouver jadi berita menyenangkan sekali buat kru produksi yang telah mengerjakan film ini selama bertahun-tahun. Akhirnya Sculpting The Giant resmi dirilis dan tayang di festival film, rasanya khayalan kami dulu ketika dijemur terik matahari Bali dan bermimpi untuk dapat mencipta suatu karya yang dapat diakui dunia kini jadi kenyataan."
Pada akhir 2019, Banu, Rheza, dan tim baru saja menyelesaikan proses editing awal ketika kemudian pandemi covid-19 terjadi. Semua proses pasca-produksi berhenti dan Seeds Motion fokus mencari cara untuk bertahan selama pandemi berlangsung.
"Sempat terpikir untuk menyerah dan tidak melanjutkan proses pascaproduksi Sculpting The Giant, tapi setiap mau menyerah kami berpikir dua kali, karena sudah mencurahkan waktu dan tenaga dan juga jerih payah banyak pihak. Perlahan kami kumpulkan uang dan waktu guna menyelesaikan proses pasca-produksi. Terinspirasi dari perjuangan Nyoman Nuarta dalam menyelesaikan sebuah mahakarya, kami betul-betul merasakan bagaimana sulitnya menjaga semangat untuk menyelesaikan karya yang telah memakan waktu bertahun-tahun. Dan ini bahkan tidak ada ¼ waktu yang dilalui oleh Nyoman Nuarta dalam menyelesaikan patung Garuda Wisnu Kencana," ujar Aziz.
"Dengan film ini, kami ingin menunjukkan bahwa tidak semua hal baik harus dicapai dengan instan, malahan hal yang terbaik justru terkadang membutuhkan pengorbanan waktu yang sangat panjang. Hal ini jadi pengingat untuk kami sendiri agar tidak cepat puas dan hanya ingin dipuaskan oleh sesuatu yang datang dengan cepat."
"Besar sekali harapan kami masyarakat di Indonesia dapat segera menyaksikan film Sculpting The Giant Indonesia. Kami sedang menunggu hasil seleksi beberapa festival di Indonesia dan Asia Tenggara dan setelahnya Sculpting The Giant akan tayang dan semoga mendapatkan apresiasi yang baik bagi para pecinta film di tanah air," tutup Aziz.
Sculpting The Giant akan tayang perdana dalam rangkaian acara Festival Film Internasional Vancouver yang diadakan dari 28 September hingga 8 Oktober 2023 dan menjadi satu-satunya film panjang perwakilan dari Indonesia yang tayang di ajang film internasional tersebut. (RO/Z-1)
Film dokumenter All Access to Rossa 25 Shining Years memperlihatkan perjalanan karier Rossa di industri musik serta perjuangannya sebagai ibu bagi putra semata wayangnya.
Film dengan konsep tanpa skenario inilah yang membuat mantan suami Rossa, Yoyo Padi, serta anaknya Rizky Langit Ramadhan turut hadir dalam film dokumenter ini.
AJ McLean dari Backstreet Boys ungkap bagaimana boy band mereka dieksploitasi mantan manajer Lou Pearlman dalam seri dokumenter Netflix, Dirty Pop: The Boy Band Scam.
Poster bernuansa abu-abu itu juga menampilkan judul berukuran besar bertuliskan All Access To Rossa 25 Shining Years.
Di balik pencapaiannya sebagai diva Indonesia, film All Access to Rossa 25 Shining Years akan menunjukkan Rossa yang juga sejatinya adalah manusia.
Film dokumenter Ia Am; Celine Dion menceritakan tentang kehidupan artis legendaris dan perjuangannya melawan kelainan neurologis langka, sindrom orang kaku (SPS).
Tayang dua hari di BIFAN, yakni 6 dan 10 Juli, pada dua pemutaran itu tiket film yang dibintangi Devano Danendra dan Keisya Levronka itu laris manis.
Festival Film Alternativa bertujuan memberikan penghargaan atas dampak sosial dari film-film industri yang sedang berkembang, di Indonesia acara ini akan digelar pada akhir November 2024.
Penikmat film dan pelajar di Indonesia dapat mengasah energi kreatif mereka dengan mengikuti masterclass yang diadakan dengan pakar dari Australia.
Pada MdF tahun ini, tentu lebih spesial karena lima produser Indonesia terseleksi masuk dalam Producers under the Spotlight di program Producers Network.
Digarap selama lima tahun, Oma diproyeksikan rampung pada awal 2025, jika memang bertemu dengan kolaborator baru untuk mewujudkan film tersebut.
Project Market menjadi salah satu fokus program yang didesain sebagai platform penghubung antara bakat-bakat baru di bidang perfilman dengan para profesional industri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved