Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Gita Fara Tegaskan Unsur Lokal bukan Penghambat Film Capai Audiens Luas

Basuki Eka Purnma
26/1/2022 08:30
Gita Fara Tegaskan Unsur Lokal bukan Penghambat Film Capai Audiens Luas
Suasana konferensi pers film Nana akan dotayangkan di Berlinale(Instagram @almostgita)

PRODUSER film Before, Now & Then (Nana) Gita Fara berpendapat unsur lokal yang ditampilkan di dalam film semestinya bukan menjadi penghambat untuk mencapai penonton yang tersebar di berbagai negara.

"Kelokalan ini bukan sesuatu penghambat untuk kita bisa punya audiens yang lebih luas lagi. It's worth to try untuk mengeksplorasi bahasa daerah dan budaya daerah," kata Gita, dikutip Rabu (26/1).

Ia menilai karya-karya sutradara Kamila Andini serta rumah produksi Fourcolours Film merupakan keunikan tersendiri karena menggunakan unsur-unsur lokal menjadi sebuah statement di dalam film, termasuk penggunaan bahasa lokal.

Baca juga: Happy Salma Sebut Sisi Kemanusiaan Jadi Daya Tarik Film Nana

"Ini yang mudah-mudahan bisa bergulir menjadi energi yang lebih besar untuk pembuat-pembuat film lain yang lebih muda di depan," ujarnya.

Pada Rabu (19/1), penyelenggara Festival Film Internasional Berlin mengumumkan deretan film yang masuk program kompetisi utama, film Nana menjadi salah satu di antaranya.

Kamila Andini menjadi sutradara perempuan kedua Indonesia yang masuk di festival yang dikenal dengan nama Berlinale itu setelah Sofia WD dengan film Badai Selatan (1962). 

Selain itu, Edwin juga muncul di festival tersebut dengan film Postcards from the Zoo atau Kebun Binatang pada 2012.

"Saya bisa bilang bahwa film ini pencapaian terbesar buat Fourcolours Film, buat saya, buat Kamila Andini, dalam konteks sinema dunia, ujar produser Ifa Isfansyah.

Ia mengatakan, saat ini, film Nana telah digaet distributor  internasional Wild Bunch yang telah memasarkan film-film besar,
termasuk Shoplifters karya Kore-eda Hirokazu, City of God karya Fernando Meirelles, hingga The Grandmaster karya Wong Kar Wai.

"Kami juga mendorong untuk distribusi dan ini pertama kalinya kamibekerja sama dengan Wild Bunch. Bisa dibilang secara set-up, ini memang visi distribusinya lebih besar daripada sebelumnya," kata Ifa.

Ketika ditanya mengenai kemungkinan rencana distribusi film Nana di Indonesia, ia berharap film tersebut dapat segera ditayangkan di tanah air.

"Mudah-mudahan tidak terlalu jauh (tayangnya) sejak Berlin ini. Tentu saja, kapan waktunya dan sebagainya pasti bisa kami usulkan, tapi nanti mesti banyak sekali pertimbangan. Tapi kami ingin secepat mungkin setelah ini," pungkas Ifa. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya